Hujan pagi ini benar-benar melumpuhkan Jakarta. Sejak
semalam hujan mengguyur deras hingga pagi ini...
Hujan deras pagi ini
mengingatkan aku pada kenangan saat kecil dulu. Ada hal sederhana yang selalu
diminta Ibu pada kami anak-anaknya di saat hujan turun deras dengan selingan
petir-petir yang menyambar. Ibu selalu meminta salah seorang anak lelakinya
untuk mengumandangkan adzan dengan lantang sembari beliau terus saja berdzikir.
Saya yang saat itu masih kecil, saya tetap saja tidak mengerti apa maksudnya
mengapa harus mengumandangkan Adzan saat hujan deras. Tapi anehnya, tetap saja
kami selalu siap sedia tanpa dipaksa untuk ber-Adzan segera. Dan hasilnya, hujan
tetap saja belum berhenti meski kami anak-anaknya telah selesai mengumandangkan
Adzan dengan lantang.
Ibu saya selalu bilang bahwa Adzan adalah bagian dari doa
agar hujan deras tidak menjadi bencana yang bisa saja merepotkan. Adzan saat
hujan juga doa bersyukur atas limpahan air dari langit yang menyejukkan. Ibu
bilang, sederhananya, daripada meratapi hujan deras dengan terus saja berkeluh
kesah tak menentu ya lebih baik Adzan dan berdzikir.
Mungkin hal-hal sederhana ini yang saat ini benar-benar
dirindukan saat kita dewasa dan telah menjadi orang tua dari anak-anak kita.
Memang akan sangat menyenangkan bila melihat anak-anak kita berebut untuk
mengumandangkan Adzan saat hujan deras seperti pagi ini dan kita sembari
melantunkan kalimat dzikir tanda bersyukur. Mungkin ini alasan yang dimaksud
Ibu untuk menikmati sesuatu yang membahagiakan hati lewat hal-hal yang
sederhana. Terlepas dari manfaat dari Adzan untuk menghindarkan bencana atau
bentuk syukur dari manfaat hujan, Ibu saya telah dapatkan kebahagiaan sendiri
dalam bentuk yang berbeda
Mudah-mudahan hal-hal sederhana ini tetap bisa kita dapatkan
saat ini lewat anak-anak kita untuk bahagiakan hati...