Minggu, 27 Maret 2016

Lakon Bondowoso

Tiga bulan lalu, Paman menerima pinangan seorang bujang dari pulau seberang untuk anak gadisnya. Buat keluarga besarnya, pinangan ini adalah sebuah keberkahan. Buat sang anak gadis ( juga untuk sang bujang), memiliki pasangan hidup yang baik menjadi jawaban atas doa-doa yang selalu dipanjatkan tiap waktu. Tapi buat paman (saya biasa panggil dia Om Drajat), ini menjadi salah satu tantangan besar untuk bisa mewujudkan keberkahan ini.

Dia tahu bahwa membuat perayaan pernikahan butuh dana besar dan usaha yang tak sedikit u/ wujudkan rasa syukur ini. Tiga bulan lalu, dia tahu tak banyak dana yang tersedia. Yang dia tahu dia punya sebuah keyakinan bahwa perayaan ini akan terwujud tepat waktu sesuai janji. Dia yakin bahwa bentuk rasa syukur ini tak boleh dikalahkan oleh berseraknya kesulitan yg bakal menghadang.

Selama tiga bulan terakhir, dia berusaha siapkan segalanya dan rencanakan setiap langkahnya. Singkat cerita, tiga bulan ini dia bak Bandung Bondowoso yang mencoba siapkan candi 1000 dalam 1 malam buat Roro Jonggrang. Pagi hingga sore siapkan lahan kosong menjadi bakal lokasi perayaan. Dan pastinya tak lupa doa tak berkesudahan untuk meminta kelancaran hajatnya pada Allah.

Hinga subuh hari menjelang perayaanpun, dia masih turun langsung pastikan semuanya siap dan benahi apa yang dia rasa tak sesuai rencana. Keinginan ingin menyenangkan anak gadisnya mengalahkan apapun meski waktu makin mendesak.

Kali ini, saya sengaja memilih menjadi penonton, menyimak suguhan cerita om & nikmati liburan. Saya cukup tau diri untuk tak turut andil dalam lakon Bondowoso yang tengah dia jalani.

Hari yang dinantipun tiba... Acara akad berjalan mulus di masjid depan alun-alun. Bujang seberang dan anak gadisnya resmi jadi suami-istri. Perayaan pernikahan dengan konsep pesta kebun tergelar sesuai rencana. Sahabat, kerabat, handai taulan datang dari segenap penjuru. Pesta berlangsung lancar. Hilang sudah penat & cemas selama ini. Meski ada kekurangan, tapi tak terlihat cela di pandangan tamu undangan.

Dia telah persembahkan yang terbaik untuk anak gadis & menantu barunya. Hanya hadiah sederhana yang diberikan: Sebuah keyakinan utuh untuk berani memulai hidup....

Keyakinan bahwa Allah akan mudahkan jalan bila berani memulai dan berusaha sebaik mungkin... dan tidak lupa berserah diri.

Selamat menempuh hidup baru sis Citra & bro Farid. Hadapi hidup dengan keyakinan.. Sekarang giliran kalian buat bangga ayah ibu kalian...

(Cerita dr Purwokerto, 26 Maret 2016)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar