Saat kami dulu baru beberapa bulan menikah & masih tinggal di sebuah kamar kost, tiap akhir pekan kami selalu pulang ke rumah keluarga di Bekasi. Saat itu, hanya sebuah motor yg saya miliki dan jadilah motor itu yang antar saya & istri kelilingi bintaro-jakarta-bekasi.
Ada satu hal yg selalu saya ingat ketika perjalanan pulang ke rumah kendarai motor berdua dengan istri. Di jalan, kami sempatkan belanja di swalayan u/ kebutuhan rumah sebelum menuju Bekasi. Saat itu istri sedang hamil tua, sudah mulai kepayahan membonceng motor, plus belanjaan yg cukup banyak u/ dimuat di motor. Terpaksa motor saya bawa perlahan supaya tetap selamat sampai tujuan.
Saat itu saya bilang ke Istri, "Yang... Suatu saat nanti kita akan ingat selalu momen ini. Kalau kita sudah punya mobil & gak perlu naik motor lagi, cerita naik motor berdua pulang ke Bekasi bakal jadi kenangan yg gak akan terulang...". Istri yg dari sedari tadi kepayahan duduk di sadel belakang hanya mengiyakan sembari nikmati jalanan Jakarta.
Ada ratusan momen lainnya yg akhirnya kami berdua nikmati di motor. Keringatan karena kepanasan, kehujanan dan terpaksa beberapa kali berteduh di pinggir jalan, dorong motor karena ban kempes, sengaja berhenti sebentar di flyover sekedar untuk nikmati keriuhan pagi Jakarta, diberhentikan polisi karena gak pake helm tapi akhirnya gak jadi ditilang karena lihat muka memelas kita, sampai dengan diam membisu di atas sadel karena kami sdg perang dingin (tapi tangan istri tetap pegangan pinggang saya...)😊
Belasan tahun sejak cerita di motor saat istri hamil tua, ternyata ucapan saya diatas motor itu urung jadi kenyataan, tapi malah justru disyukuri. Ternyata Allah tak berniat gantikan nikmat kerasnya sadel motor dengan nikmat empuknya kursi mobil.
Allah justru tambahkan dengan nikmat yang baru, tanpa harus mengganti nikmat yg sebelumnya ada. Sekarang, kami bisa nikmati macetnya jalan tol di mobil, sesekali nikmati nyamannya naik pesawat, sejuknya kereta komuter meski penuh sesak, tapi tak pernah kehilangan nikmatnya naik motor.
Tiap pagi, kami berdua tetap bisa nikmati naik motor menuju ke stasiun sembari antar anak sekolah. Saya tetap nikmati saat dimana tangan istri peluk erat pinggang saya, meski kami saling diam sepanjang jalan. Kini kami juga bisa nikmati saling pegang tangan di kereta komuter tanpa sedikitpun saling tatap mata atau ucapkan sepatah kata.
Nikmat sederhana itu mungkin tak sebanding dengan nikmat nyamannya AC mobil. Tapi tetap dapat nikmati sesuatu sederhana buktikan Allah sudah tambahkan nikmat hidup kami, dan tak sedikitpun mencabut nikmat yang ada.
Nikmat sesungguhnya ternyata adalah saat kita bisa nikmati apapun di keadaan apapun... 😊
"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (QS: Ar Rahman)"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar