Kamis, 31 Januari 2019

Gajimu dari mana?

Kalo ditanya gaji yang kita terima dari mana, ya jawab aja itu kita terima dari hasil kerja.
Gaji ya kita terima dari perusahaan dan harus diakui memang jalannya dari sana.
Gak perlu lah kita bilang gaji itu dari Allah. Kalo dari Allah itu mah rizqi, bukan gaji.. 😛
Karena kita pekerja, jadi santai aja menyikapi kenyataan ini
Tapi kok rasanya jadi mangkel ya kalo yang tanya itu Bos kita sendiri...
Sini ya Bos kita bilangin pelan-pelan karena sampeyan kan juga gajian.
Uang bulanan yang sampeyan terima kan sumbernya sama dari yang kita terima.
Iya bener sih gaji kita terima dari perusahaan, tapi kan itu dari hasil jualan kita bareng-bareng.
Jadi yang bayarin gaji kita itu pelanggan.

Lha emang kalo hasil jualan gak cukup buat bayar gaji, trus darimana uangnya?
Ya Bos pasti tahulah dari mana.... kan kemarin baru ambil hutang.
Makanya Bos cepet-cepet cari kaca biar tahu diri.
Kalo Bos mau tetep jadi Bos-nya kita, baik-baiklah ama anak buah.
Kalo kita pengen dapat Bos baru yang lebih baik, gak perlu lah nyindir-nyindir nanya gaji dari mana.

Ntar kalo Bos dah resign, emang yang bayar hutang siapa? Emang situ? Kan kita-kita juga yang bayar....

J
#yggajikamusiapa













Rabu, 23 Januari 2019

Jangan Bilang Kau Tak Pernah Keluar Uang Untuk Sekolahmu

Nak, kalau suatu saat nanti kau sudah jadi Sarjana....
Jangan pernah merasa hebat karena tak pernah keluar uang untuk sekolahmu
Jangan pula sebarkan ucap tak pernah sepeser pun uang keluar dari kantongmu
Meski itu benar adanya memang kau tak pernah keluar uang untuk sekolahmu

Tak keluarnya uangmu bukan karena kau pintar Nak....
Tak keluarnya uangmu bukan berarti sekolahmu gratis
Utuhnya uangmu tidak pula karena beasiswa yang kau dapat Nak...
Utuhnya uangmu tak berarti sekolah tak butuh uang

Kau benar tak pernah keluar uang, tapi yang keluarkan uang itu Bapak-Ibumu Nak
Uang Pendaftaran, Uang Gedung, Uang SPP sampai Uang Saku itu semua dari orang tuamu
Belum lagi Uang Buku, Uang Sepatu, Uang Seragam, sampai Uang Daftar Ulang....

Kalo untuk Uang Bangku... kau tak perlu tahu lah Nak...
Kau benar tak pernah keluar uang karena memang kau tak punya uang untuk sekolah Nak....


Kalo suatu hari kau lihat Bapak atau Ibumu ingin sekolah lagi, Jangan pernah kau bilang,

“Aku dulu waktu sekolah tak pernah keluar uang, tak bayar sepeserpun. Seharusnya sekolah ya seperti ini, mudah & murah seperti yang dulu aku lakukan!”
Kalau sampai kau tega hati keluar ucapan macam itu Nak.... mendekat sini biar kau telan sendal Bapakmu!!! J


Minggu, 13 Januari 2019

Saya Alumni UI, Saya Dukung Persija

"Saya Alumni UI, Saya Dukung Persija!"

Berasa aneh dan memaksakan diri rasanya kalau saya harus bilang begitu. Gak perlu teriak-teriak kasih tahu ke semua orang rasanya kalau saya memang alumni UI.
Tinggal lihat aja di lembar ijazah atau cek sendiri di daftar nama alumni di kampus UI sana.

Terus apa hubungannya ama Persija? Ya emang gak ada hubungannya. Kalau mau dukung mah ya dukung aja. Persija juga gak butuh saya alumni UI atau bukan. Persija mah butuh saya datang ke stadion kasih dukungan.
Alumni UI kan gak semuanya dukung Persija. Ada yg dukung klub besar macam Persib, PSIS, Persebaya, PSM, Persipura. Ada juga yg dukung klub kecil macam Persikabo atau Persipasi.

Lha emang gak boleh alumni UI dukung Persija? Ya boleh aja, tapi kok seakan-akan menafikkan alumni UI yang lain ya? Emangnya saya siapa waktu di UI dulu?

Tapi kan saya alumni UI yang mewakili diri sendiri untuk dukung Persija? Ya kalo mewakili diri sendiri, kenapa saya gak bangga dengan bilang:
"SAYA BAPAKNYA ALE, SAYA DUKUNG PERSIJA!!"
berasa lebih militan kan?

#maaf Persebaya, but deep inside my heart, you're still the one & only#

Selasa, 08 Januari 2019

Benci dosanya, Cintai Amalan Surganya

Pernah dengar kisah pembunuh 100 jiwa yg dijamin masuk surga?
Pernah juga baca kisah pelacur yg mendapatkan surga?

Jangan salah dipahami, bukan karena lelaki itu membunuh atau perempuan itu melacur yang membuatnya masuk surga. Tapi tekad kuat untuk taubat dan satu langkah menuju kebaikan yang membuatnya menuju surga.

Langkah kaki yang lebih dekat ke taubat yang membuatnya selangkah menjauhi tempat berbuat dosa lah yang membuat para malaikat akhirnya bersepakat mengganjarnya dengan surga.
Pengorbanan di akhir hidup dengan seteguk air yang diberikan ke seekor anjing lah yang menariknya ke surga.

Tapi bila dimungkinkan hidup bisa diulangi atau sedikit diperpanjang, lelaki dan perempuan itu sungguh tak mau lakukan dosa membunuh atau melacur. Mereka akan sangat benci dosanya, dan bersegera lakukan taubat untuk perbanyak amal kebaikan.

Bila langkah kecil menuju baik dan secuil pengorbanan diganjar surga, apa mungkin mereka lakukan dosa lagi bila diberi waktu hidup lebih lama?
Bila tahu mereka akan diganjar surga dan diberi kesempatan mengulangi hidup, apa iya mereka lakukan kembali dosa sepanjang hidup dan baru bertaubat menjelang kematian?

Bila pendosa saja benci dengan dosanya, tak mungkin kita malah membiarkan dosa itu tetap ada.
Bila pendosa saja menyesali dosanya, tak perlulah kita hujat dan kutuk pelakunya.
Tak perlu pula menggunjingnya yang malah akan membuat pelakunya bangga dengan dosa dan terlambat bertaubat.
Benci saja dosanya, tapi bukan pelakunya.
Benci saja dosanya, dan tanamkan benci itu pada diri agar kita tak lakukan dosa yang sama.

Bagi yang lama tenggelam dalam dosa, berhijrahlah segera untuk menjadi baik. Karena jatah umur tak menunggu taubatmu.
Bila yang sudah berhijrah, tetaplah istiqamah-lah dalam kebaikan. Sungguh telah banyak yang tak sanggup bersabar dengan ke-istiqamahannya. Bencilah dengan kemungkaran bukan pelaku kemungkarannya.

Bila melihat suatu kemungkaran, ada tiga pilihan yang bisa dilakukan. Beranguslah dengan tindakan, nasehatilah dengan lisan, atau bencilah dengan hati. Dan pilihan terakhir itulah selemah-lemah iman.

Tegakkan hukum atas dosa, agar orang lain tak berbuat dosa yang sama. Nasehati pelakunya dengan santun dan baik. Sebaik-baik pemberian nasehat adalah saat tak ada orang lain yang tahu selain pemberi nasehat dan pelakunya. Do'akan berubah jadi baik dan bencilah dosanya agar diri kita terjaga dari dosa yang sama.

Ini perkara menegakkan kebenaran dan menolak kemungkaran, bukan perkara apakah kita telah lebih baik dari pelaku dosa itu. Jaminan surga itu hak Allah sepenuhnya, tugas kita hanyalah penyampai kebaikan.

Sesungguhnya yang membawa kita ke surga adalah tekad untuk taubat, berhijrah untuk lebih baik, dan masih adanya waktu di sisa umur untuk berbuat baik.

-Tetaplah saling menasehati dalam kebaikan-

 Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain (Al-Hujurat : 12)

Dan  orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (At-Taubah : 71)