Senin, 26 Juli 2021

Maknai Kematian

Ambillah pelajaran dari kematian....

Agar lisan ini tak hanya sekedar ucapkan Innalillahi wainna Ilaihi rojiun

Atau tangan ini tak sekedar saja tulis kata turut berduka cita

Atau hanya sekedar bertanya-tanya mengapa kematian datang begitu cepat

Tapi tanpa sedikitpun memaknai kematian itu sendiri, dan lalu tenggelam lagi dalam riuhnya dunia ini...


Sampaikan pesan kematian itu jauh ke benakmu...

Perhatikan bagaimana akhir yang indah bagi jiwa yang baik

Amati bagaimana kesudahan yang buruk bagi jiwa yang penuh noda dosa

Pelajari apa amal perbuatan sepanjang hayat yang menemani akhir hidupnya

Lalu persiapkan bekal terbaik kematian kita sendiri..

Karena pada akhirnya kita pun akan mengalami yang sama


Tanamkan makna kematian ini ke hatimu..

Kematian itu datangnya tak pernah terencana

Tak pernah tunggu purnanya ikhitiar diri ini

Tugas kita hanya lakukan ikhtiar terbaik

Upaya untuk tetap sehat badan dan pikiran

Usaha untuk terus semakin baik dan taat

Tekad untuk mampu jauhi dosa dan cegah mungkar

Dan terus tawakal menuju takwa

Serahkan saja urusan kematian pada Pemilik Jiwa-mu


Tampakkan arti kematian ini di sikapmu..

Jadilah jiwa yang tenang...

Ridho dengan ketetapan Allah apapun jalan hidupmu

Legakan hati dengan semua sesak yang ada

Ikhlaskan semua akhirnya setelah lakukan ikhtiar yang terbaik.

Dan bila saatnya tiba, sambutlah dengan hati yang rindu.


Karena sesungguhnya sambutan Allah di surga-Nya hanya bagi yang di-ridhoi Allah dan mereka yang juga ridho dengan ketetapan-Nya...

Biar Kematian Beri Nasehat Terbaik

Dalam beberapa minggu terakhir, tak cukup sudah jari tangan menghitung brapa banyak saudara, kerabat, kawan, kenalan yang telah kembali ke Pemilik Jiwa-nya. Dan jujur aja, selama itu pula seakan lidah jadi kelu berucap dan tangan jadi kaku untuk menulis:

"Innalillahi Wa Inna Ilaihi rojiun.."

Runtutan kejadian ini membuat saya kembali merenungkan banyak hal tentang makna kematian. Saya jadi membayangkan seandainya kematian dialami oleh diri ini.

Kematian diri ini bisa jadi hanya ditangisi keluarga terdekat, sekadar diucapkan bela sungkawa oleh rekan sejawat di medsos, diziarahi sejenak oleh kerabat, dikirimi karangan bunga yang wanginya hanya beberapa hari. Kemudian semua berangsur melupakan diri ini, kembali disibukkan dengan riuhnya dunia. Dunia tetap berjalan seakan-akan diri ini tak pernah ada.

Kembali dengan canda tawa dan tak ada pelajaran yang diambil tentang makna hidup dan kematian.

Tinggallah diri ini sendiri menghadapi Yaumul Akhir, mempertanggung-jawabkan semua kelakuan di dunia. Pada hari itu seluruh ayat Qur'an membuktikan diri benar adanya.

Pada hari itu, ayah tak peduli anaknya, dan anak pun tak peduli ayahnya. Semua sibuk menghisab dirinya sendiri.

Bila kita berbuat baik, kebaikan itu kembali ke diri ini.

Sebaliknya bila kita mungkar, kufur, munafik, fasik; itu semua juga akan kembali ke diri ini.

Tak ada satupun yang tahu kapan datangnya kematian itu, kecuali Allah Pemegang Jiwa kita.

Kematian itu mengajarkan kita sama sekali tak punya kuasa atas diri ini.

Bila diri ini saja tak mampu kita kuasai, apalah kita yang tak juga sanggup ubah insan lain

Kita hanya sekedar pemberi nasehat, tak mampu berbuat lebih

Biar berita kematian yang mengambil peran, memberi nasehat terbaik tuk bisa dipahami maknanya...