Senin, 26 Juli 2021

Biar Kematian Beri Nasehat Terbaik

Dalam beberapa minggu terakhir, tak cukup sudah jari tangan menghitung brapa banyak saudara, kerabat, kawan, kenalan yang telah kembali ke Pemilik Jiwa-nya. Dan jujur aja, selama itu pula seakan lidah jadi kelu berucap dan tangan jadi kaku untuk menulis:

"Innalillahi Wa Inna Ilaihi rojiun.."

Runtutan kejadian ini membuat saya kembali merenungkan banyak hal tentang makna kematian. Saya jadi membayangkan seandainya kematian dialami oleh diri ini.

Kematian diri ini bisa jadi hanya ditangisi keluarga terdekat, sekadar diucapkan bela sungkawa oleh rekan sejawat di medsos, diziarahi sejenak oleh kerabat, dikirimi karangan bunga yang wanginya hanya beberapa hari. Kemudian semua berangsur melupakan diri ini, kembali disibukkan dengan riuhnya dunia. Dunia tetap berjalan seakan-akan diri ini tak pernah ada.

Kembali dengan canda tawa dan tak ada pelajaran yang diambil tentang makna hidup dan kematian.

Tinggallah diri ini sendiri menghadapi Yaumul Akhir, mempertanggung-jawabkan semua kelakuan di dunia. Pada hari itu seluruh ayat Qur'an membuktikan diri benar adanya.

Pada hari itu, ayah tak peduli anaknya, dan anak pun tak peduli ayahnya. Semua sibuk menghisab dirinya sendiri.

Bila kita berbuat baik, kebaikan itu kembali ke diri ini.

Sebaliknya bila kita mungkar, kufur, munafik, fasik; itu semua juga akan kembali ke diri ini.

Tak ada satupun yang tahu kapan datangnya kematian itu, kecuali Allah Pemegang Jiwa kita.

Kematian itu mengajarkan kita sama sekali tak punya kuasa atas diri ini.

Bila diri ini saja tak mampu kita kuasai, apalah kita yang tak juga sanggup ubah insan lain

Kita hanya sekedar pemberi nasehat, tak mampu berbuat lebih

Biar berita kematian yang mengambil peran, memberi nasehat terbaik tuk bisa dipahami maknanya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar