"Aku melu ke monas 212 ya...", pinta Oma penuh harap ke anaknya
Akhirnya ghirah itu terluapkan. Semangat yang selama ini hanya meletup-letup setiap ada aksi bela Islam.
"Yakin Oma mau ikutan?"
"Kita naik kereta lho berdesakan?"
"Ntar Oma capek jalan kaki agak jauh lho..."
Sejak seminggu lalu kami anaknya memang gak berniat untuk ajak reuni 212 mengingat umur Oma yang sudah menginjak 76, dan akan ada acara arisan keluarga minggu siang yg juga penting.
Ah, ternyata Oma sudah punya rencananya sendiri. Sabtu malam gak bisa tidur terlalu nyenyak karena takut keduluan ditinggal pergi anaknya. Bangun jam 2 pagi, setelah tahajud setel TV lihat berita monas sudah terisi penuh sejak sebelum subuh.
"Aku ikut ke monas ya... insya Allah kuat", diulangi-nya permintaan itu yg meluluhkan anaknya.
"Yang dari luar negeri aja ikutan, masa aku gak ikutan..."
Kata-kata ini yang meyakinkan semangat itu memang sudah meluap.

Benar ternyata gak pernah salah ngajak emak-emak apalagi yg sudah sepuh. Insya Allah akan banyak rizqi yang melimpah. Meski hanya bawa bekal seadanya, ternyata sesampai di stasiun jurangmangu ada yg langsung beri 3 kotak jajanan begitu lihat Oma.
Dilanjut di stasiun Tanah Abang ada yg tawarkan Roti dan Panada. Memang udah naluri emak, diambilnya bukan 1 biji, tapi 5 Roti & 5 Panada buat tambahan bekal anaknya. Belum lagi banyak banget yg bagikan minuman. Lha wong kalo beli makanan aja selalu ambil lebih dari 1, apalagi ini yg gratisan...🤣
Reuni 212 kali ini justru Oma yg luar biasa semangat. Naik-turun tangga stasiun, disuruh naik angkat malah pengennya jalan kaki, diminta istirahat kalo pegel tapi tetap terus jalan, sampai akhirnya terhenti langkah di gedung BI sebelum bundaran Indosat karena penuhnya manusia.
"Oma... istirahat dulu ya...", pinta saya
"Dilanjut aja, belum kelihatan monasnya... aku belum capek...", Oma menyahut tetap semangat.
"Bukan Oma yang capek... tapi kita..." ðŸ˜ðŸ˜
Lautan manusia yg berdesakan menuju monas akhirnya memaksa kita kembali pulang menembus arus. Jujur sempat kuatir dengan kekuatan fisik Oma karena beberapa kali lihat ada yang pingsan, orang2 keringatan tahan terik matahari, sampai anak2 yg nangis karena kepanasan. Eh... malah Omanya tetap sehat segar bugar meski sulit jalan menerobos arus.
Istirahat sejenak di Budi Kemuliaan, ada lagi yang tawarin Oma nasi bakar dan diambilnya lagi 5 buah, yang lagi-lagi dibagi buat anak2nya.
Buat kami, reuni 212 tahun ini lebih bermakna dibanding tahun lalu. Oma buktikan ghirah itu tetap menyala. Tak perlu berdebat soal tingkat keimanan. Ikut 212 juga bukan ajang mengecilkan arti iman saudara sebangsa yang tak bergabung atau tak sejalan. Ini sekedar buktikan iman di hati masih ada dengan bersatunya umat di monas. Sama sederhananya dengan singkirkan duri kecil yang juga bentuk masih adanya iman.
Tak apalah dianggap buih. Lautan buih toh mengandung air yang sanggup padamkan api.
Bila kami yang muda tak mampu padamkan api di hatimu, biarlah semangat Oma yang peluk hatimu dengan cinta... 😘😗😙
Tidak ada komentar:
Posting Komentar