Senin, 26 Oktober 2020

Saat Di Dekat Kematian

Saat di dekat kematian.... 
Tiba-tiba diri tersadar
Kesenangan dan kemewahan hidup terasa hambar
Harta dan Kuasa tak lagi bermakna
Pahit getir hidup pun sirna seketika
Tak lagi ada keluh kesah beratnya hidup
Dan dunia berubah jadi masa yang sekejap saja berlalu

Saat kematian di depan mata....
Diri ini hanya akan disibukkan masalah amal perbuatan
Kumpulkan amal baik yang tak seberapa, 
Tapi berharap banyak diganjar pahala berlimpah
Berpasrah pada amal buruk yang berserakan, 
Terus berharap diampuni segala dosa

Saat kematian menjelang...
Rasakan kerumunan yang mengelilingi
Tak banyak yang mampu bicara saat melihat jasad ini terbujur kaku
Lantunan doa dan derai air mata datang silih berganti
Tapi entah berapa banyak yang pahami arti kematian ini
Karena hanya diri ini yg harus bersiap hadapi kematian itu sendiri

Saat jiwa kembali ke Pemiliknya...
Lihat jasad sendiri dimasukkan ke dalam kubur
Keluarga dan sahabat hanya antar sampai tanah menutupi tubuh ini
Dan berikan doa dan tetes air mata terakhir
Tapi tak satupun yang akan selalu menunggu
Suara langkah kaki satu per satu meninggalkan menjauh
Dan kini saatnya diri ini hadapi semua sendiri
Hanya amal baik yang akan menemani...

Saat jiwa ini pergi dari dunia...
Doa-doa tuk diri ini akan berangsur reda dan menghilang
Tenggelam dalam dunia yang riuhkan semua yang tersisa di dalamnya
Diri ini hanya akan ada dalam kenangan yang kian terlupakan
Perlahan semua kan menjauh pergi
Tak lagi ada tempat tuk sesali itu semua 

Memang benar nasehat terbaik itu kematian...
Yang menyadarkan hidup di dunia hanya sesaat saja
Angkuh diri dan bangga dunia tak ada guna
Bersiaplah terus perbaiki diri dan menjadi jiwa-jiwa yang tenang
Sambut dan beri senyum dengan lafadz-Nya saat kematian mendekati 

#NasehatTerbaikDariPerginyaSeorangKawan

Kamis, 15 Oktober 2020

Jerawat

 Rasanya sudah ribuan kali istri ngedumel sendiri soal jerawatnya. Setiap lihat cermin, sempat2nya periksa lagi jerawatnya yang padahal dah berkali-kali dilihat, dan bisa ditebak berikutnya bakal ngomong apa.

"Duh jerawatku kok gak ilang2 ya?"
"Capek deh Yah jerawatan mulu...."😑
"Aku kok kayak anak SMA ya jerawatan begini?"
"Apa aku harus ganti skin care kali ya?"
"Aku jadi jelek ya kalo jerawatan begini..."

Buat saya, dumelan itu jadi momen serba salah. Dijawab salah, gak direspon lebih salah.
Misalnya dijawab jujur begini, "Iya sih... kalo jerawatan jadi jelek gitu mukanya..", ya siap2 aja dimanyunin seharian.
Kalo dikasih jawaban cuek kayak, "jerawatan mah biasa aja kali...", eh malah nuduh suaminya gak perhatian lagi.
Apalagi kalo dijawab ngegas, "Emang ganti skin care bakal cepet hilang gitu...?!", yang ditanya malah makin panjang lebar iklanin produk2 skin care yang gak jelas itu.
Dijawab pake pujian jg salah, "Kamu tetap cantik kok meski jerawatan..", dia malah nyinyir suaminya pelit gak mau belikan skin care yg mahal.
Pake jawaban bela diri pun lebih salah, "Mending kayak aku, jarang mandi, gak pernah cuci muka pake sabun, dakinya banyak, tapi gak jerawatan kayak kamu..", langsung dia panggil bala bantuan anak gadis yg gak kalah panjang jelaskan teori jerawat vs perempuan.

Trus kalo didiemin aja gimana?
Tunggu aja ocehan berikutnya..
"Ayah nih istrinya lg ngomong kok dicuekin...!!"
"Kamu tuh ya gak paham kalo jerawatan itu sakit!"
"Ayah enak gak jerawatan, aku kan mukanya sensitif.."
"Dulu aku gak kayak gini lho... dulu mukaku cantik, mulus, gak jerawatan... bla...bla..bla..."
Dan ujung2nya berhenti sendiri karena kecapekan ngedumel 😆😆

Tapi kalo belum ilang sebelnya, dicari2 pelampiasan yang lain. Si Juju yg padahal kucing tiba-tiba jadi kambing hitam.
"Gara-gara kamu tuh Ju suka tidur di sofa, aku jadi jerawatan kan!!"
atau balik lagi ke suaminya, "Besok-besok kalo mau tidur kamu mandi Yah, biar aku gak jerawatan!!"




("Ya Allah... salah apa hambamu ini....")

Kalo dah merajuk begitu, terpaksa saya keluarkan jurus pamungkas. Ambil hape, buka mobile banking, trus tunjukkin bukti transfer, dan bilang, "Kira-kira segini cukup gak buat beli skin care?"
Langsung si emak dan anak gadisnya kompak jawab, ".................!" (tebak sendiri aje jawabnya apa) 😊😊😊

#TolakJerawatSamaPentingnyaKayak#TolakRUU-OL

Minggu, 11 Oktober 2020

Njelehi Tanpa Baca

Demo tanpa paham apa yg didemokan, itu njelehi....

Sama njelehi-nya... yang men-sahkan tapi gak paham seluruhnya

Demo sampe malam lupa waktu itu njelehi...

Sama njelehi-nya... yang ketok palu tengah malam

Protes keras teriak lantang tapi gak mau baca, itu njelehi...

Sama njelehi-nya... yang gak mampu jelaskan ke rakyat karena sama-sama gak baca


Demo rusuh karena termakan hoax 

Kumpul-kumpul demo di tengah pandemi

Demo rusak fasum paksa kehendak

itu memang njelehi....


Tapi sama njelehinya... 

Yang sengaja buat hoax untuk tutupi kebusukan yang lain

Yang buat UU eh... ternyata kumpul-kumpul juga

Yang katanya bela rakyat, eh taunya terselip kepentingannya sendiri


Ada yang terus mengutuk wakil rakyat, dan tetap bela pendemo

Ada yang hanya menyalahkan pendemo, tapi wakil rakyat gak dikritik

Ada pendidik yang gak mau baca, tapi salahkan mahasiswa yang demo rusuh karena gak baca juga

Ada yang bilang wakil rakyat cerminan rakyatnya, tapi ternyata rakyat demo ya karena wakil rakyatnya

Ada yang bilang pemimpin itu wujud rakyatnya, tapi ternyata pemimpin tak pernah berwujud nyata di depan rakyat

Ada yang maunya cari keadilan di jalanan, tapi gak mau jalani yang konstitusional

Ada yang teriak harusnya konstitusional, tapi ternyata gak bisa jamin adanya keadilan


Ah sudahlah.... kembali saja lihat diri sendiri

Mulai saja dulu dengan membaca

Baca kembali hatimu

Baca kembali apa yang kau tulis dan maknanya

Kemudian pikirkan manfaat apa yang bisa kau beri

Dan renungkan pertanggungan-jawabnya ke Tuhanmu


#BukanProfesorCumaRakyatJelata

Rabu, 03 Juni 2020

Kembalilah ke Masjid

Buat diri yang sudah merasa nyaman kembali ke jalanan karena bosan di rumah... 
Buat diri yang harus kembali pergi kerja karena tetap ingin gajian...
Buat diri yang kembali pergi ke pasar untuk beli makanan...
Buat diri yang berkerumun di mall borong kebutuhan bulanan....
Kembalilah dulu ke Masjid.

Buat diri yang tetap di rumah...
Buat diri yang terlelap dalam nyaman di kamar...
Buat diri kaum rebahan dan senderan di sofa...
Buat diri penghambur waktu luang...
Gerakkan hati untuk jadikan masjid tujuan pertama saat nanti mulai nyaman dan aman keluar rumah..
Bangkit dan kembalilah ke Masjid.

Hidup tak sekedar jalan2 pengusir bosan
Hidup tak sekedar kerja demi gajian
Hidup tak sekedar ke pasar beli makanan
Hidup tak sekedar puaskan nafsu sendiri
Hidup tak berarti selalu merasa nyaman
Hidup juga tak berarti bisa terus rebahan dan bermalasan
Hidup tak berarti terus bebas-sebebasnya dengan waktu luang
Hidup itu harusnya kembali ke Pemilik Hidup

Bila rela berpeluh untuk kembali ke jalan, kenapa tak ingin kembali lagi ke masjid yang nyaman?
Bila tak hirau dengan penuhnya pasar, kenapa tak dahulukan kembali ke masjid yang hanya beberapa shaf?
Bila kembali semangat kerja sepanjang hari, kenapa tak sempatkan kembali ke masjid yang hanya butuh 10 menit?
Bila ke mall borong semua barang2 dan tak berdaya harus saat antri 1 jam menunggu kasir, kenapa tak mau ke masjid borong tumpukan pahala dan tundukkan diri untuk bersujud disana?
Bila putuskan kembali ke jalan, ke pasar, kembali kerja, atau tetap rebahan di rumah kedepankan logika atau pembenaran pikiran dan nafsu...
Kembali ke Masjid hanya perlu hati yang ciptakan rindu untuk mengetuk rumah-Nya. Ramaikan rumah-Nya meski hanya sejenak disana.

Mungkin benar adanya perjalanan terjauh adalah kembali ke Masjid meski hanya berjarak sepelemparan batu....
Hanya hati yang rindu yang bisa meringankan langkah menuju kesana.

#self reminder yg udah entah brapa bulan blm beranjak ke masjid tapi tetap kerja, ke pasar, ke mall.

Written on Ramadhan 2020

Selasa, 02 Juni 2020

Sami'na Wa Attho'na

Setiap kali anak-anak dan emaknya pengen beli sesuatu yg lumayan mahal, saya selalu katakan kalimat ajaib, "Sabar ya... kalian Sami'na Wa Attho'na dulu.."

Dan setiap kali dengar kalimat itu, mereka seketika langsung senyum kecut.
"Hmmm.... pasti gak jadi dibelikan"
"Ayah mah pasti bohong nih..."
"Ntar palingan yg dibelikan beda ama yg dipengen..."
"Mana mungkin ayah belikan barang yang mahal..."
Dan tetap saya gak bergeming.

Apa yang saya lakukan ke anak & istri sebetulnya hanya copy & paste apa yang dulu diucapkan Ibu. Saya ingat dulu jaman SD merengek minta dibelikan robot mainan. Tiap kali jalan-jalan belanja dan lewat toko mainan, mata ini gak lepas dari deretan robot 3 in 1 yg dulu berasa super keren. Tapi cepat-cepat Ibu tarik tangan saya untuk lekas menyingkir dari toko. Sesampai di rumah, Ibu ucapkan kalimat mantra itu, "Sabar ya... Sami'na Wa Attho'na dulu".

Dulu ketika saya kecil, kalimat itu artinya sama seperti yang dipahami anak saya sekarang. Itu artinya Ibu gak akan dibelikan mainan itu sekarang meski cukup punya duit. Bisa juga artinya Ibu gak punya duit selain untuk beli kebutuhan rumah. Atau sama juga itu artinya saya cuma punya mimpi punya sesuatu yang entah kapan jadi kenyataan.

"Kami Dengar dan Kami Taat"

Itu arti harfiah dari kalimat itu. Ibu ajarkan ajaibnya kalimat itu jauh-jauh hari tanpa harus terangkan apa maksudnya. Saat sekarang jadi seorang ayah, jadi paham makna kalimat itu. Lewat kalimat itu, Ibu ajarkan seperti itulah seharusnya menjalani hidup. Saat kekurangan, dimintanya kita bersabar. Dan saat berkecukupan, menahan diri tak luapkan nafsu keinginan. Lebih baik berbagi dulu dengan yang sedang membutuhkan.

Sampai kapanpun, selama hidup kita cuma diminta untuk mendengar dan taat dengan Sang Penguasa Hidup. Jadi manusia itu cuma diminta manut dan tidak menuntut. Kemenangan sejati adalah saat mampu menahan diri, tersenyum saat berbagi, dan berbahagia apapun keadaannya.

Selamat ber-Lebaran...

#ManutLebaranDiRumahAja
#SholatIedDiRumah


Kamis, 20 Februari 2020

Rindu

Hampir di setiap menjelang jadwal kunjungan ke pondok, Ale gak pernah lupa kirim pesan WA lewat hape ustadz-nya.
"Yah, minggu besok datang kan?"
"Ma, besok datang jam brapa? Aku kangen..."
Dan gak berapa lama setelah itu, dia ketik lagi,
"Oh ya lupa bilang Assalamu'alaikum....., ini Ale." 😍


Sesederhana itu memang kata rindu Ale. Tak perlu kata-kata panjang, langsung dan singkat. Rindu yang mendahului salam. Tapi saya mengerti makna rindu itu tak sesederhana kata yang terucap.

Buat anak-anak pondok, rindu menjadi ruang rasa yang baru. Ruang rasa yang membuat paham bahwa ada hangat cinta yang selalu dinanti, dan rasa itu akan semakin membuncah saat terpisah ruang dan waktu.
Buat mereka, hari kunjungan jadi hari paling spesial. Didatangi keluarga, diberi pelukan hangat, dibawakan makanan kesukaan, saling bertukar cerita, atau sekedar diajak jalan2 keluar sejenak menjadi pengobat rindu yang tertahan.
Yang tak beruntung dikunjungi, dipinjami hape untuk telpon ayah bundanya cukuplah untuk melepas rindu. Mereka paham harus menunggu 3-6 bulan atau bahkan setahun lagi untuk bertemu yang dicinta.

Ada kawan Ale yang entah kapan lagi bisa ucapkan rindu. Kata rindu ke bundanya minggu-minggu lalu menjadi yang terakhir ditulis di WA.
"Hari sabtu ke sini”

“Ya bunda (ikut) juga”
“Mohon Bun, Bunda harus ikut. Aku kangen...."
Dia tak pernah tahu kalau bundanya merahasiakan kesehatannya yg makin menurun. Sang bunda akhirnya berpulang setelah berjuang melawan sakitnya. Kini rindu anak itu dipaksa dipendam dalam, meski tak akan pernah hilang rasa itu.

Pesantren bukan lagi tempat anak2 kehilangan rindu, tapi justru disini mereka nikmati rindu sebenarnya. Bukan rindu semu yang dipuja para Bucin kaleng-kaleng. Rindu yg dinikmati buat mereka jauh lebih tangguh, saling menguatkan & beri motivasi, merubahnya jadi doa terbaik, meletupkan semangat, dan ujungnya berikan pemahaman bahwa luapan rindu sejati hanya untuk Sang Pemilik Rindu.
#CeritaAnakPondok
#BukanRinduKaleng2