Senin, 20 September 2021

Cerita Sekarung Beras

Rabu malam lalu...,

Selesai beberes dapur pondok, kepala dapur tergopoh-gopoh menghadap, "Ustadz...., persediaan beras di dapur habis, gak ada sisa beras buat dimasak untuk sarapan anak santri besok.."

Ustadz yg ditanya hanya menjawab tenang, "Gak usah kuatir, besok pagi juga pasti udah ada.." Jawaban yg tetap sisakan gundah karena dia tahu sisa kas pondok tak cukup untuk beli beras besok. Dia hanya niatkan untuk segera Tahajud nanti untuk meminta ke Allah...

Rabu malam yang sama...,

Saya kedatangan kawan. Sebelum pamit pulang, dia angkat sekarung beras, "Bro... ini gw bawakan beras dari Subang. Baru panen pagi tadi...". Saya terima dengan senang hati dan dia langsung pamit tanpa basa-basi lagi.

Baru aja beras itu mau dibawa ke dapur, anak gadis bilang kalo sore tadi baru aja beli beras, dan dia berucap, "Kasihkan ke pondok aja Yah berasnya...". Karena dah kemalaman, saya niatkan antar beras besok pagi. Esoknya, selepas sholat subuh dan sarapan, segera saya antar beras ke pondok pake motor. Sampai di pondok selesai turunkan beras, saya langsung pulang tanpa bisa ketemu ustadz, jadi akhirnya cuma bisa kirim WA, "Tadz... saya titip beras ya..."

Saya sama sekali gak tau kalo ternyata beras itu jawaban dari doa di tahajud Ustadz.

Dan Senin pagi kemarin..., Baru saya tahu cerita habisnya persediaan beras dari pengurus pondok dan buat badan ini terasa bergetar. Apa jalannya sekarung beras itu hanya kebetulan??

Ini sama sekali gak bermaksud cerita tentang sedekah beras, tapi buat saya kembali belajar tentang jalannya rizqi. Cerita sekarung beras ini tunjukkan cara Allah untuk buat hambanya tetap yakin & paham bahwa hidup dan penghidupan Allah yg atur sepenuhnya.

Tak seorangpun tahu beras yg dipanen pagi sebelumnya akan berakhir kemana. Sekarung beras itu akhirnya bisa dinikmati anak santri karena doa mereka tak pernah putus dan keyakinan penuh bahwa Allah-lah yang akan mencukupi tanpa perlu meminta-minta pada yg lain.

Ustadz yakin upayanya ikhlas mendidik anak santri yatim, akan dicukupkan hidupnya dan masalah apapun akan terselesaikan karena yakinnya dengan Allah. Dia tak mungkin meminta pada wali santri yg juga kekurangan, atau terus gantungkan harap pada donatur. Hanya Allah tempat bersandar.

Sekarung beras itu tempuh jarak lebih dari 150 km dari Subang untuk temui penikmat rizqi-Nya. Petani, kawan, saya, dan ustadz, hanyalah peran pendukung yang tak sekalipun menyangka cerita utuh dari sekarung beras itu sejak awal. 

Petani hanya berniat memanen, kawan saya hanya bermaksud beri hadiah, saya pun hanya mengantar karena beras berlebih di rumah, dan ustadz hanya yakinkan hati lewat doa. Allah-lah yang merangkai cerita sekarung beras ini jadi indah. Peran pendukung ini tak akan mampu halangi sampainya beras itu menjadi nasi sarapan santri.

Cerita sekarung beras ini buat saya jadi belajar bahwa....

Tak perlu kuatirkan penghidupan kalau sudah lakukan upaya sungguh-sungguh dan terus istiqomah dalam taat. Bila penghidupan dijamin Allah, harusnya tak perlu merasa berkurang nikmat bila infakkan sesuatu.

Sedekah yg diberikan nyatanya bukan tentang baiknya diri, tapi itu cara Allah sampaikan rizqi ke hamba yg membutuhkan. Ada tidaknya sedekah seseorang tidak akan menghalangi Allah tebar nikmat-Nya dengan cara apapun.

Saya yang justru harus lebih banyak bersyukur karena beruntung dilibatkan dalam penyampai nikmat-Nya. Dan sebaliknya merasa merugi kalo enggannya berbagi membuat Allah berpaling tidak memilih diri ini jadi penyampai nikmat-Nya.

Allah yang mengatur kadar rizqi sepenuhnya, seharusnya gak perlu berbangga diri dgn banyaknya atau bersedih dengan sedikitnya harta. Apapun keadaannya, sabar dan syukur selalu beriringan.

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

Maka, nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman)

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

Kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata - Lauh Mahfuz- (Al-An'am: 59)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar