Alkisah Pandawa bermain bola di kandang Kurawa. Lawannya bukan Kurawa,
tapi Punokawan. Sejak jauh hari Pandawa sudah mencium bau busuk di
kandang Kurawa, tapi demi sportivitas tetap dijalankan meski tahu
pertandingan tak akan mudah. Duryodana tetapkan pertandingan hanya 1
babak dan tidak ada pergantian sisi lapangan.
Saat diberi sesi latihan, sedari awal Pandawa sudah protes lapangan tidak rata seluruhnya. Hanya rata di sisi kanan, tapi sisi kiri lapangan bergelombang dan penuh dengan kubangan. Bola yang digunakan pun tidak bundar penuh, tapi lonjong jadi sulit bola ditebak arah tendangannya. Di luar lapangan, Baladewa terpaksa kecewa karena tak diberi jatah tiket.
Awalnya Kurawa berkilah protes itu hanya bualan Pandawa sendiri. Tapi setelah lihat fakta, Kurawa tetap tak bergeming dan berkelit itu hanya akal-akalan Pandawa supaya pertandingan dibatalkan. Baladewa pun disalahkan karena tak berusaha keras dapatkan tiket pertandingan. Terpaksa Baladewa hanya menonton pertandingan di depan layar.
Sebenarnya Punokawan bukanlah lawan tanding Pandawa. Dulu mereka bersatu, rukun dan guyub layaknya saudara kandung, tak saling berkubu seperti sekarang. Sejak Kurawa dikalahkan Pandawa, Duryodana membujuk rayu Petruk untuk dijadikan bonekanya. Duryodana paham Petruk ingin jadi juara, jadi tak perlu susah payah Kurawa mengalahkan Pandawa supaya jadi penguasa jagad bola.
Waktu Pertandingan pun dimulai. Tribun dikuasai Kurawa yang tiketnya seluruhnya gratis karena dibayari Duryodana ditambah kupon 5kg beras. Bola yang dipakai tetap lonjong. Wasit tentukan Punokawan dapat sisi kiri dan Pandawa sisi kanan.
Peluit tanda mulai tanding berbunyi. Keduanya saling serang. Pandawa kesulitan serang Punokawan karena sisi kiri tak rata. Sebaliknya Punokawan menyerang leluasa karena sisi kanan rata.
Wasitpun juga bermain. Lari tergopoh-gopoh karena kantongnya sudah penuh kepeng emas. Tak fokus pimpin pertandingan karena takut kepengnya berjatuhan. Wasit tak peduli berapa gol yang sudah masuk, di otaknya cuma teringat pesan Duryodana.
Tackle kasar Gareng tak digubris wasit, tapi sentuhan lembut Arjuna diganjar kartu kuning. Makian Bagong tak berbuah kartu merah, tapi teriakan Sadewa membuatnya keluar lapangan. Tendangan melengkung Bima yang masuk gawang tak dinyatakan sah, tapi sundulan offside Petruk menambah skor.
Di atas tribun, petugas skor tak ketinggalan bermain. Diubahnya gol Pandawa menjadi skor untuk Punokawan. Penonton di lapangan tak menyadarinya. Hanya penonton di layar kaca yang bisa lihat karena kameramen selalu sorot papan skor saat gol terjadi. Komite Pertandingan buru-buru buat pernyataan mempersilahkan penonton meralat hasil skor, tapi tetap bersikukuh papan skor di lapangan yg dipakai. Dia hanya akan meralat saat pertandingan telah usai.
Penonton layar di luar lapangan tetap bersabar, belum ada keinginan merangsek ke stadion untuk melabrak wasit, petugas skor, dan komite pertandingan. Sebagian membubarkan diri karena percuma berharap Pandawa menang dengan kecurangan ini.
Entah berapa lama lagi pertandingan berakhir, Pandawa tampak lelah karena energi terkuras menahan amarah karena dicurangi. Di sisi lain, bedak Punokawan tak juga luntur karena tak perlu berkeringat dan Petruk pun busungkan dada yakin dia jadi pemenangnya. Di sudut lapangan, Duryodana bersorak dengan Kurawa-nya. Hanya Semar di tiang gawang terdiam bingung harus bersikap apa melihat kecurangan ini.
Buat Baladewa tak masalah bila Pandawa kalah, tapi terpaksa dikalahkan ini yang membuat sakit hati. Tinggal berharap datangnya Bathara Guru yang memberi keadilan untuk semua.
#PertandinganBelumUsai
#CeritaNegriWayang
Saat diberi sesi latihan, sedari awal Pandawa sudah protes lapangan tidak rata seluruhnya. Hanya rata di sisi kanan, tapi sisi kiri lapangan bergelombang dan penuh dengan kubangan. Bola yang digunakan pun tidak bundar penuh, tapi lonjong jadi sulit bola ditebak arah tendangannya. Di luar lapangan, Baladewa terpaksa kecewa karena tak diberi jatah tiket.
Awalnya Kurawa berkilah protes itu hanya bualan Pandawa sendiri. Tapi setelah lihat fakta, Kurawa tetap tak bergeming dan berkelit itu hanya akal-akalan Pandawa supaya pertandingan dibatalkan. Baladewa pun disalahkan karena tak berusaha keras dapatkan tiket pertandingan. Terpaksa Baladewa hanya menonton pertandingan di depan layar.
Sebenarnya Punokawan bukanlah lawan tanding Pandawa. Dulu mereka bersatu, rukun dan guyub layaknya saudara kandung, tak saling berkubu seperti sekarang. Sejak Kurawa dikalahkan Pandawa, Duryodana membujuk rayu Petruk untuk dijadikan bonekanya. Duryodana paham Petruk ingin jadi juara, jadi tak perlu susah payah Kurawa mengalahkan Pandawa supaya jadi penguasa jagad bola.
Waktu Pertandingan pun dimulai. Tribun dikuasai Kurawa yang tiketnya seluruhnya gratis karena dibayari Duryodana ditambah kupon 5kg beras. Bola yang dipakai tetap lonjong. Wasit tentukan Punokawan dapat sisi kiri dan Pandawa sisi kanan.
Peluit tanda mulai tanding berbunyi. Keduanya saling serang. Pandawa kesulitan serang Punokawan karena sisi kiri tak rata. Sebaliknya Punokawan menyerang leluasa karena sisi kanan rata.
Wasitpun juga bermain. Lari tergopoh-gopoh karena kantongnya sudah penuh kepeng emas. Tak fokus pimpin pertandingan karena takut kepengnya berjatuhan. Wasit tak peduli berapa gol yang sudah masuk, di otaknya cuma teringat pesan Duryodana.
Tackle kasar Gareng tak digubris wasit, tapi sentuhan lembut Arjuna diganjar kartu kuning. Makian Bagong tak berbuah kartu merah, tapi teriakan Sadewa membuatnya keluar lapangan. Tendangan melengkung Bima yang masuk gawang tak dinyatakan sah, tapi sundulan offside Petruk menambah skor.
Di atas tribun, petugas skor tak ketinggalan bermain. Diubahnya gol Pandawa menjadi skor untuk Punokawan. Penonton di lapangan tak menyadarinya. Hanya penonton di layar kaca yang bisa lihat karena kameramen selalu sorot papan skor saat gol terjadi. Komite Pertandingan buru-buru buat pernyataan mempersilahkan penonton meralat hasil skor, tapi tetap bersikukuh papan skor di lapangan yg dipakai. Dia hanya akan meralat saat pertandingan telah usai.
Penonton layar di luar lapangan tetap bersabar, belum ada keinginan merangsek ke stadion untuk melabrak wasit, petugas skor, dan komite pertandingan. Sebagian membubarkan diri karena percuma berharap Pandawa menang dengan kecurangan ini.
Entah berapa lama lagi pertandingan berakhir, Pandawa tampak lelah karena energi terkuras menahan amarah karena dicurangi. Di sisi lain, bedak Punokawan tak juga luntur karena tak perlu berkeringat dan Petruk pun busungkan dada yakin dia jadi pemenangnya. Di sudut lapangan, Duryodana bersorak dengan Kurawa-nya. Hanya Semar di tiang gawang terdiam bingung harus bersikap apa melihat kecurangan ini.
Buat Baladewa tak masalah bila Pandawa kalah, tapi terpaksa dikalahkan ini yang membuat sakit hati. Tinggal berharap datangnya Bathara Guru yang memberi keadilan untuk semua.
#PertandinganBelumUsai
#CeritaNegriWayang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar