Rabu, 01 Mei 2019

Kemenangan Semu Semar

"Priit...priit...priiitt...!"
Pertandingan bola pun berakhir. Letusan mercon memenuhi stadion. Kurawa bersorak sorai. Bising sekali terasa di telinga. Asap mercon menyelimuti seluruh stadion membuat pandangan berkabut dan perih di mata. Skor di papan tunjukkan Punokawan unggul, entah beda 10 atau 8 poin karena masih terlihat samar.

Meski menang skor, Punokawan tak perlihatkan raut muka cerah gembira. Terlebih lagi Semar yang di ujung tiang gawang. Kepalanya menunduk sembari berulang kali gelengkan kepala seakan tak percaya apa yang terjadi. Bagong yang sejatinya jelmaan Semar juga terlihat bingung dan hanya mampu goyangkan pinggulnya. Gareng-pun berjalan pincang karena berulang kali tersandung di sisi lapangannya sendiri. Hanya Petruk yang terlihat sunggingkan senyum kecilnya.

Di sisi seberang, Pandawa menatap nanar. Arjuna tak mampu lagi berkata-kata dan tak berdaya, seluruh badan seakan remuk seperti saat perang Baratayuda yang lalu. Sadewa yang saat pertandingan di kartu merah tak mampu redam emosinya. Untungnya ada Nakula yang menenangkan. Bima pun sempat terlepas emosinya dan teriakkan Pandawa-lah pemenang sebenarnya. Hanya Yudisthira yang menahan diri tetap tenang dan merenung.

Di luar stadion, sebagian Baladewa terpaksa pulang menunduk lesu. Entah apakah ini hanya bentuk kekecewaan sesaat atau akan jadi depresi berkepanjangan. Di lingkar luar stadion, Baladewa malah disuguhi pemandangan ratusan karangan bunga yang sengaja dipersiapkan Kurawa jauh sebelum pertandingan dimulai untuk merayakan kemenangan semu Punokawan. Tak lupa puluhan baliho propaganda klaim kehebatan Petruk dikibarkan.

Baladewa emak militan mulai lancarkan protes. Dengan memakai daster, bertopi dandang, dan bersenjatakan sapu, mereka menuntut Komite Pertandingan memutar ulang VAR dari sejak peluit berbunyi. Komite Pertandingan meminta bersabar dan hanya menawarkan untuk menggunakan VAR dari satu kamera saja. Baladewa tak sudi karena mereka pegang bukti kecurangan yang terlihat dari banyak kamera VAR yang ambil gambar seluruh sudut. Entah seberapa lama nantinya Baladewa emak militan ini bisa bertahan.

Bagi Pandawa, memenangi pertandingan ini  besar artinya. Pemenang pertandingan akan berhak penuh atas stadion. Ini momentum yang akan dimanfaatkan Pandawa untuk merenovasi stadion dan menambah kapasitasnya. Pandawa ingin stadion menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan bagi semua, tempat Baladewa dan Kurawa rukun bercengkrama dan saling bercerita seperti sedia kala karena mereka terlahir dari garis darah yang sama.

Satu purnama silam, Petruk memang memenangi pertandingan, tapi sebenarnya Duryodana-lah yang jadi penguasa stadion. Sejak berkuasa, aura stadion menjadi berbeda. Aroma busuk menyeruak dari banyak sisi meski tampilan stadion terlihat lebih cantik dari sebelumnya. Tak mampu Petruk singkirkan tikus dan kecoa yang memang dipelihara Duryodana. Ditambah lagi disisakan beberapa sudut ruang yang dibiarkan gelap dan kotor. Ruang itu memang diperuntukkan bagi para siluman kawan karib Duryodana. Tribun pun disekat-sekat yang membuat penonton terpecah jadi dua kubu yang bersebrangan.

Selepas pertandingan, Petruk diberikan panggung. Dia sadar ada yg tak beres dengan stadion dan pertandingan tadi, tapi tak kuasa menentang Duryodana. Tak sanggup dia tunjuk hidung Duryodana sebagai biang kecurangan. Tuk tutupi ketakberdayaannya, kembali lagi dia bual janji untuk buat stadion baru di seberang pulau. Stadion yang lebih baik, lebih megah, dan lapangan yang lebih rata katanya. Stadion baru yang bebas bising dan macet. Tapi sayang, tak satupun Baladewa mengamini. Teringat dulu saat masih jadi pecundang, Petruk sesumbar akan mudah membenahi stadion yang lama. Akhirnya semua paham, apapun yang akan dikerjakan Petruk ujungnya hanya akan menambah pundi-pundi emas Duryodana.

Di bibir panggung, pandangan Semar sepertinya kosong. Pikirannya menerawang jauh. Tak mampu dia bayangkan bagaimana dampingi Petruk satu purnama ke depan dan akan tetap di bawah bayangan Duryodana. Sepanjang hidup jadi panutan hidup bagi Baladewa, tapi tak mampu dia enyahkan durjana di depan matanya. Semar berharap ini semua mimpi dan ingin dia cepat terbangun untuk segera kembali ke kahyangan.

Baladewa kini hanya tinggal berharap pada Sang Kuasa. Laku upavasa mesti dilakukan tuk jadi upaya berserah diri dan panjatkan doa terbaik. Semoga akan ada keajaiban atau setidaknya dikuatkan hati tuk sanggup hadapi kenyataan di satu purnama kedepan...

#EndGame
#LanjutanCeritaNegriWayang
#MenangCurangApaEnaknyaSemar?
#SaatnyaKembaliPuasa




Sent from my Samsung Galaxy smartphone.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar