Selasa, 21 Desember 2021

Saat Waktu Terasa Cepat

Selesai Jum'atan lalu, saya dan seorang kawan bersandar sejenak di beranda masjid. Sembari menghela nafas panjang, dia sampaikan keresahannya.

"Q, lo ngerasa gak sih kayaknya waktu berjalan makin cepat?"

"Kayaknya hari makin pendek deh..."

Dengar pertanyaan itu, saya jadi senyum sendiri. Itu rasa yg sama dalam beberapa bulan terakhir dan buat saya bertanya- tanya kenapa bisa seperti itu.

Jam, hari, minggu, bulan, tahun rasanya semakin cepat aja berjalan. Bangun pagi, kerja seharian, pulang kecapekan, tidur malam terasa makin singkat, dan terus berulang tiap hari-nya. Dan tak terasa, saya jadi makin tua. Rasanya baru kmarin muda perkasa, sekarang makin banyak aja uban di kepala.

Pernah sempat terpikir gimana caranya melambatkan atau menghentikan waktu, sampai-sampai kalo sholat sengaja dilambatkan karena cuma di saat shalat-lah seperti terlepas sejenak dari cepatnya waktu.

Saya jadi iri dengar cerita ternyata ada yg bisa menikmati waktu tiap hari-nya. Hidup tenang tak merasa dikejar-kejar waktu. Mereka sama sekali bukan pengangguran, tapi bisa lakukan banyak hal dan terus berbuat kebaikan.

Butuh lebih dari setengah tahun mencari jawabannya. Mulai dari obrolon di warung kopi dgn kawan semasa kecil tentang perjalanan hidupnya, minta wejangan ttg kehidupan, menyimak kajian dan cerita ttg orang shalih, melihat keresahan dan kekosongan hidup orang-orang seperti saya yg tersibukkan urusan dunia, sampai akhirnya kembali lagi buka Al-Quran dan dapatkan jawabannya.

"Bro... lo tau gak kenapa waktu berasa cepat?", saya balik bertanya dan dia menggeleng. "Bisa jadi kita termasuk orang2 yg merugi... baca deh Al-Ashr"

وَالْعَصْرِۙ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Demi masa.. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran. (Al-Ashr)

Al-Ashr itu surat pendek yg bolak-balik dibaca tapi saya gak paham seutuhnya. Surat itu gak jelaskan siapa orang yg merugi tapi justru beritahu siapa yg akan beruntung dalam menyikapi waktu. Orang beriman dan beramal baik yg akan beruntung.

"Bro... lo tau tanda orang yg beriman? Salah satunya, mereka itu orang yang menikmati shalatnya..."

الۤمّۤ ۗ تِلْكَ اٰيٰتُ الْكِتٰبِ الْحَكِيْمِۙ هُدًى وَّرَحْمَةً لِّلْمُحْسِنِيْنَۙ الَّذِيْنَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكٰوةَ وَهُمْ بِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَۗ اُولٰۤىِٕكَ عَلٰى هُدًى مِّنْ رَّبِّهِمْ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

Alif Lam Mim. Inilah ayat-ayat Al-Qur'an yang mengandung hikmah. Sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan. yaitu orang-orang yang mendirikan salat, menunaikan zakat dan mereka meyakini adanya akhirat. Merekalah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Luqman 1-5)

Selama ini, sebagian kita menyikapi shalat hanya sekedar menggugurkan kewajiban. Shalat secepat kilat, bacaan sekenanya tanpa paham artinya meski hafal diluar kepala. Ditambah lagi malas, ngantuk, atau berdalih sibuk yg buat shalat jadi ibadah berat tanpa makna. Ternyata karena itulah yg buat kita merasa waktu berjalan makin cepat.

Allah minta kita tegakkan shalat agar kita jadi orang yg beruntung. Shalat itu cara Allah tunjukkan sayangnya. Lewat shalat, Allah beri kita ruang untuk sampaikan doa terbaik. Dari sejak takbir pertama hingga salam, semua bacaannya adalah isi permintaan hamba-Nya. Nikmati setiap untaian doa saat shalat karena kita bersua Allah dan ucapkan dengan lembut dan penuh harap layaknya seorang hamba.

Lewat shalat, kita diundang untuk mendekat karena Allah pastikan selalu dekat dengan hamba-Nya. Allah janjikan akan berikan petunjuk bagi yg tegakkan sholat. Orang yg diberi petunjuk akan tenang hidupnya karena paham dan fokus kemana tujuan akhirnya. Jadi pastinya mereka itulah orang yg beruntung yang tak risaukan lagi persoalan dunia karena yakin Allah yang akan atur jalannya kehidupan.

Waktu terasa cepat karena ternyata kita tak pernah mau menikmati shalat, tak pernah rasakan dekatnya Allah saat shalat. Tak pernah melihat berlimpahnya petunjuk Allah karena kita sendiri yang butakan hati karena menafikkan Allah yg mendekat ke diri ini saat shalat. Kita menjadi buta, tanpa petunjuk, tak tau arah hidup sebenarnya, berputar hanya urusan dunia, yang akhirnya berujung menjadi orang yg merugi karena justru kita yg bergerak menjauh dari Allah...

Allah panggil kita 5x sehari untuk mendekat pada-Nya. Shalat itu ruang bersandarnya lelah jiwa, enyahkan penat, dan luapkan semua resah. Shalat itu saat pelepas rindu, menundukkan hati, dan meminta pertolongan dengan untaian doa. Saat kita makin mendekat, setiap detik-menit & jam-hari, akan dinikmati dengan penuh makna dan tak berlalu sia-sia.

Karena Allah-lah yang menguasai waktu. Maka buat hamba-Nya yg mendekat, waktu pun akan ditundukkan bagi orang yg shalih dan dijalani dengan penuh kebaikan.

#Ref : 

Al Baqarah 1-5, 45; Lukman 1-5; Al Ashr 1-3; Al Hajj 35; 

Al- Anfal 2-4; Al-A'raf 56, 178; As-Sajdah 16

Senin, 20 September 2021

Cerita Sekarung Beras

Rabu malam lalu...,

Selesai beberes dapur pondok, kepala dapur tergopoh-gopoh menghadap, "Ustadz...., persediaan beras di dapur habis, gak ada sisa beras buat dimasak untuk sarapan anak santri besok.."

Ustadz yg ditanya hanya menjawab tenang, "Gak usah kuatir, besok pagi juga pasti udah ada.." Jawaban yg tetap sisakan gundah karena dia tahu sisa kas pondok tak cukup untuk beli beras besok. Dia hanya niatkan untuk segera Tahajud nanti untuk meminta ke Allah...

Rabu malam yang sama...,

Saya kedatangan kawan. Sebelum pamit pulang, dia angkat sekarung beras, "Bro... ini gw bawakan beras dari Subang. Baru panen pagi tadi...". Saya terima dengan senang hati dan dia langsung pamit tanpa basa-basi lagi.

Baru aja beras itu mau dibawa ke dapur, anak gadis bilang kalo sore tadi baru aja beli beras, dan dia berucap, "Kasihkan ke pondok aja Yah berasnya...". Karena dah kemalaman, saya niatkan antar beras besok pagi. Esoknya, selepas sholat subuh dan sarapan, segera saya antar beras ke pondok pake motor. Sampai di pondok selesai turunkan beras, saya langsung pulang tanpa bisa ketemu ustadz, jadi akhirnya cuma bisa kirim WA, "Tadz... saya titip beras ya..."

Saya sama sekali gak tau kalo ternyata beras itu jawaban dari doa di tahajud Ustadz.

Dan Senin pagi kemarin..., Baru saya tahu cerita habisnya persediaan beras dari pengurus pondok dan buat badan ini terasa bergetar. Apa jalannya sekarung beras itu hanya kebetulan??

Ini sama sekali gak bermaksud cerita tentang sedekah beras, tapi buat saya kembali belajar tentang jalannya rizqi. Cerita sekarung beras ini tunjukkan cara Allah untuk buat hambanya tetap yakin & paham bahwa hidup dan penghidupan Allah yg atur sepenuhnya.

Tak seorangpun tahu beras yg dipanen pagi sebelumnya akan berakhir kemana. Sekarung beras itu akhirnya bisa dinikmati anak santri karena doa mereka tak pernah putus dan keyakinan penuh bahwa Allah-lah yang akan mencukupi tanpa perlu meminta-minta pada yg lain.

Ustadz yakin upayanya ikhlas mendidik anak santri yatim, akan dicukupkan hidupnya dan masalah apapun akan terselesaikan karena yakinnya dengan Allah. Dia tak mungkin meminta pada wali santri yg juga kekurangan, atau terus gantungkan harap pada donatur. Hanya Allah tempat bersandar.

Sekarung beras itu tempuh jarak lebih dari 150 km dari Subang untuk temui penikmat rizqi-Nya. Petani, kawan, saya, dan ustadz, hanyalah peran pendukung yang tak sekalipun menyangka cerita utuh dari sekarung beras itu sejak awal. 

Petani hanya berniat memanen, kawan saya hanya bermaksud beri hadiah, saya pun hanya mengantar karena beras berlebih di rumah, dan ustadz hanya yakinkan hati lewat doa. Allah-lah yang merangkai cerita sekarung beras ini jadi indah. Peran pendukung ini tak akan mampu halangi sampainya beras itu menjadi nasi sarapan santri.

Cerita sekarung beras ini buat saya jadi belajar bahwa....

Tak perlu kuatirkan penghidupan kalau sudah lakukan upaya sungguh-sungguh dan terus istiqomah dalam taat. Bila penghidupan dijamin Allah, harusnya tak perlu merasa berkurang nikmat bila infakkan sesuatu.

Sedekah yg diberikan nyatanya bukan tentang baiknya diri, tapi itu cara Allah sampaikan rizqi ke hamba yg membutuhkan. Ada tidaknya sedekah seseorang tidak akan menghalangi Allah tebar nikmat-Nya dengan cara apapun.

Saya yang justru harus lebih banyak bersyukur karena beruntung dilibatkan dalam penyampai nikmat-Nya. Dan sebaliknya merasa merugi kalo enggannya berbagi membuat Allah berpaling tidak memilih diri ini jadi penyampai nikmat-Nya.

Allah yang mengatur kadar rizqi sepenuhnya, seharusnya gak perlu berbangga diri dgn banyaknya atau bersedih dengan sedikitnya harta. Apapun keadaannya, sabar dan syukur selalu beriringan.

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

Maka, nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman)

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

Kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata - Lauh Mahfuz- (Al-An'am: 59)

Senin, 23 Agustus 2021

Mengapa Tendensius dengan Umat Islam sendiri??

Entah maksud apa yang ingin disampaikan penulis *ISLAM TAPI TIDAK ISLAMI* ini, tapi buat yang memahami bagaimana adab & perilaku kebanyakan Muslim di Indonesia, tulisannya cukup menggelikan.

Di tulisan itu disebutkan segelintir contoh orang Muslim Indonesia yang berbuat tidak sesuai aturan lalu lintas karena menyebrang sembarang dan tidak pakai helm, lalu kemudian dengan tendensius mempertanyakan dimana nilai ke-Islaman-nya.

Lalu sebaliknya membanggakan Negara Selandia Baru yang menurut survey no. 1 Islamicity Index-nya, warga Kanada yang gak pernah kunci pintunya, dan tidak mengambil barang orang lain yang tertinggal di bis, Negara Jerman yang selalu taat aturan, dan tak lupa negara Prancis (di awal abad 20) yang penuh nilai Islami.

Yang paling menggelikan tentu saja kalimat, *“….tapi tolong tunjukkan satu komunitas Muslim di dunia yang bisa menggambarkan kehebatan ajaran Islam”*.

Tak perlu jauh-jauh, kita tunjukkan saja dengan muslim Indonesia aja ya….

Kita mulai dari hadist ini… 

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir...., maka hormati tetangga ... hormati tamu." 

Silahkan dipantau sendiri, apa muslim Indonesia tidak menghormati tetangga & tidak memuliakan tamu?

Lalu hadist berikutnya….

“Seorang Muslim adalah orang yang disekitarnya selamat dari tangan dan lisannya”

"Bicara yang baik atau diam”

Sepertinya penulis ini jarang bepergian jauh…..

Berapa banyak penduduk Muslim Indonesia yang rumahnya gak pernah dikunci karena mereka saling percaya dengan tetangga? 

Berapa banyak orang Muslim Indonesia yang ringankan tangan, infakkan harta, membagi ilmu dengan sesama dan sekitarnya? Bahkan gak membedakan agama, suku, atau ras. 

Coba tengok jauh kebelakang, umat Islam Indonesia rela berjuang paling depan, dan banyak ulama yang memimpin umat tetap memilih tidak tampil di permukaan, tapi selalu mendoakan yang terbaik buat Tanah Air

Jangan pakai indikator riuhnya komentar-komentar nyinyir dari segelintir orang. Mereka itu sama sekali tidak mewakili ratusan juta muslim Indonesia yang memilih diam tak bicara.

Coba lihat kembali begitu banyak dan tetap banyak umat Islam yang saling tolong menolong.

Coba pikirkan lagi, begitu banyak umat Islam Indonesia yang tetap taat aturan meski perut lapar. apalagi hanya sekedar taat pakai helm & taat menyebrang jalan.

Cobalah kembali ke masjid, apa iya selalu hilang sandal kalo pergi ke masjid? Masih banyak tuh malah bawa sepeda gak dikunci dan tetap aman sampai pulang selesai sholat jamaah.

 

Biar berimbang, coba tengok Selandia Baru. Belum lama ini disana ada seorang rasis yang tega menembaki Masjid. 

Coba deh sekali-kali main ke Jerman atau bagian Eropa manapun. Disana tetap aja berkeliaran pencopet dan bau kencing di banyak sudut jalan.  

Rasakan juga di Prancis sekarang. Di sana juga masih ada diskriminasi rasisme. 

Atau jalan deh ke Kanada yang penduduknya dingin & sunyi. Lah ya emang disana penduduknya jarang, dan hawa dinginnya sepanjang tahun.

Umat Islam tidak anti kritik, tapi mbok ya jangan pake logika terbalik dan sesat pikir. Kelakuan segelintir orang yang salah dianggap mewakili umat Islam secara keseluruhan.

Sampaikan tulisan yang berimbang kalo ingin membandingkan sesuatu. 

Beri penjelasan dan argumen yang pas & sesuai, supaya umat Islam menjadi lebih baik tanpa perlu saling dibenturkan.

Akhirul Kalam….

"Keutamaan Islam seseorang..., adalah yang meninggalkan sesuatu yang tak bermanfaat”. 

Jadi mohon maaf…. Setelah ini saya tinggalkan tulisan *ISLAM TAPI TIDAK ISLAMI* untuk bagian tulisan yang tidak bermanfaatnya… 😊

Wassalamualaikum wr wb

Dari saya yang mencintai Muslim lainnya

Senin, 26 Juli 2021

Maknai Kematian

Ambillah pelajaran dari kematian....

Agar lisan ini tak hanya sekedar ucapkan Innalillahi wainna Ilaihi rojiun

Atau tangan ini tak sekedar saja tulis kata turut berduka cita

Atau hanya sekedar bertanya-tanya mengapa kematian datang begitu cepat

Tapi tanpa sedikitpun memaknai kematian itu sendiri, dan lalu tenggelam lagi dalam riuhnya dunia ini...


Sampaikan pesan kematian itu jauh ke benakmu...

Perhatikan bagaimana akhir yang indah bagi jiwa yang baik

Amati bagaimana kesudahan yang buruk bagi jiwa yang penuh noda dosa

Pelajari apa amal perbuatan sepanjang hayat yang menemani akhir hidupnya

Lalu persiapkan bekal terbaik kematian kita sendiri..

Karena pada akhirnya kita pun akan mengalami yang sama


Tanamkan makna kematian ini ke hatimu..

Kematian itu datangnya tak pernah terencana

Tak pernah tunggu purnanya ikhitiar diri ini

Tugas kita hanya lakukan ikhtiar terbaik

Upaya untuk tetap sehat badan dan pikiran

Usaha untuk terus semakin baik dan taat

Tekad untuk mampu jauhi dosa dan cegah mungkar

Dan terus tawakal menuju takwa

Serahkan saja urusan kematian pada Pemilik Jiwa-mu


Tampakkan arti kematian ini di sikapmu..

Jadilah jiwa yang tenang...

Ridho dengan ketetapan Allah apapun jalan hidupmu

Legakan hati dengan semua sesak yang ada

Ikhlaskan semua akhirnya setelah lakukan ikhtiar yang terbaik.

Dan bila saatnya tiba, sambutlah dengan hati yang rindu.


Karena sesungguhnya sambutan Allah di surga-Nya hanya bagi yang di-ridhoi Allah dan mereka yang juga ridho dengan ketetapan-Nya...

Biar Kematian Beri Nasehat Terbaik

Dalam beberapa minggu terakhir, tak cukup sudah jari tangan menghitung brapa banyak saudara, kerabat, kawan, kenalan yang telah kembali ke Pemilik Jiwa-nya. Dan jujur aja, selama itu pula seakan lidah jadi kelu berucap dan tangan jadi kaku untuk menulis:

"Innalillahi Wa Inna Ilaihi rojiun.."

Runtutan kejadian ini membuat saya kembali merenungkan banyak hal tentang makna kematian. Saya jadi membayangkan seandainya kematian dialami oleh diri ini.

Kematian diri ini bisa jadi hanya ditangisi keluarga terdekat, sekadar diucapkan bela sungkawa oleh rekan sejawat di medsos, diziarahi sejenak oleh kerabat, dikirimi karangan bunga yang wanginya hanya beberapa hari. Kemudian semua berangsur melupakan diri ini, kembali disibukkan dengan riuhnya dunia. Dunia tetap berjalan seakan-akan diri ini tak pernah ada.

Kembali dengan canda tawa dan tak ada pelajaran yang diambil tentang makna hidup dan kematian.

Tinggallah diri ini sendiri menghadapi Yaumul Akhir, mempertanggung-jawabkan semua kelakuan di dunia. Pada hari itu seluruh ayat Qur'an membuktikan diri benar adanya.

Pada hari itu, ayah tak peduli anaknya, dan anak pun tak peduli ayahnya. Semua sibuk menghisab dirinya sendiri.

Bila kita berbuat baik, kebaikan itu kembali ke diri ini.

Sebaliknya bila kita mungkar, kufur, munafik, fasik; itu semua juga akan kembali ke diri ini.

Tak ada satupun yang tahu kapan datangnya kematian itu, kecuali Allah Pemegang Jiwa kita.

Kematian itu mengajarkan kita sama sekali tak punya kuasa atas diri ini.

Bila diri ini saja tak mampu kita kuasai, apalah kita yang tak juga sanggup ubah insan lain

Kita hanya sekedar pemberi nasehat, tak mampu berbuat lebih

Biar berita kematian yang mengambil peran, memberi nasehat terbaik tuk bisa dipahami maknanya...

Jumat, 11 Juni 2021

Wedjang Kopi - Hanya Penyampai

Kau hanya penyampai kebenaran

sekedar penyebar kebaikan

hanya pemberi tahu apa yang mungkar

Kau sama sekali bukan penentu takdir seseorang
Tak mampu ubah arah menuju benar
Tak sanggup balikkan jadi kebaikan
Tak bisa bendung terjadinya mungkar

Tak perlu kecewa bila upayamu ditolak
Tak perlu marah saat tak diindahkan ucapmu
Tak perlu sedih meski akhirnya tak berjalan seperti petuahmu

Itu semua tuk tunjukkan bahwa Allah-lah penentu takdir makhluk
Kau hanya sebentuk makhluk yang tak kuasa mengubah makhluk lainnya
Agar kau tak selalu merasa terhebat
Agar kau tak jumawa dengan kebaikanmu
Agar kau tak merasa tinggi dengan shalihmu
Agar kau tak lupa diri kau tetap harus menghamba

Terus perbaiki diri dan jangan lengah..
karena bisa jadi diri ini yang tak lebih baik
Terus berbenah dan tak lelah menjadi penyampai kebenaran...

#kedai kopi Sidoarjo 300521 -w/ IKW

Rabu, 09 Juni 2021

Wedjang Kopi - Sumeleh

Sumelehkan hidupmu...

Ikhlaskan semuanya
Terima saja ketetapan-Nya
Relakan apa yang terjadi
Biarkan berjalan sesuai kehendak-Nya

Tak perlu bertanya kenapa
Resapi saja maknanya

Sederhanakan keinginanmu
Tapi bersungguhlah pada upayamu
Terus berdoa dan berpasrah diri
Sempurnakan ibadahmu

Tak perlu bertanya kapan saatnya
Kau akan tau bila saatnya tiba

Ridha-lah pada Allah... pasti Allah akan ridha padamu

@balkon warkop pwkt 290521 -w/DS

Selasa, 08 Juni 2021

Wedjang Kopi - Jaga Qur'an

 Selalu jaga Qur'an-mu

Tetaplah baca Qur'an-mu
Sesibuk apapun dirimu
Sesempit apapun waktumu
Seenggan apapun niatmu

Tak ada paksaan untuk selalu baca Qur'an... tapi justru itulah yang membuatnya luar biasa

Saat terus baca Qur'an-mu, kau jaga qur'an dekat dirimu
Kau hafal Qur'an-mu, selamanya akan ada di hatimu
Kau pahami Qur'an-mu, akan tercermin dalam keseharianmu

Jaga Qur'an-mu... dan Allah akan menjaga hidupmu.

teras rumah pwkt 290521 - w/ DS


Senin, 07 Juni 2021

Wedjang Kopi - Saat Banyak Masalah

Saat kau merasa banyak masalah... segera datangi masjid saat subuh...

Bangunlah lebih awal dan segera mandi lalu berwudhulah. Rasakan kesegaran airnya...
Kenakan pakaian terbaik karna engkau akan berkunjung ke rumah Allah...

Segera menuju masjid & nikmati setiap langkah kakimu. Hirup sejuknya udara pagi...

Sembari jalan, coba petik sehelai daun atau segenggam rumput. Ciumlah harumnya dan resapi embunnya...

Segarnya air, ringan langkahmu, sejuknya udara, harumnya embun daun itu nikmat datangnya fajar dari Allah...

Saat masuki masjid, ucapkan salam dan rasakan hangatnya sambutan Allah dirumah-Nya...

Sholatlah dua rakaat sebelum subuh tuk dapat kemuliaan yang melebihi nikmat dunia dan seisinya...

Saat berjamaah, nikmati subuhmu dan luapkan semua resahmu dalam doa terbaikmu...

Bila sebelum subuhmu saja kau sudah dapat nikmat fajar & kemuliaan seisi dunia, tak perlu lagi risaukan masalah duniamu...

@kedai kopi sidoarjo 300521 - w/ IKW

Selasa, 02 Maret 2021

Drama Hari Ini

 Bapak     : “Dek.... kamu boleh main apa aja, asal sesuai syarat yang dibuat Ibumu!”

Dedek   : “Main kebut-kebutan motor di jalan boleh Pak?

Bapak     : “Iya boleh... asal nurut ama syarat dari Ibumu!”

Ibu         : ”OK silahkan kebut2an asal pake helm, jalanannya kosong, dan sesuai kearifan Pak RT!”

Q1. Ini yang berkuasa buat aturan Bapak atau Ibu?

Kakak     : “Jangan pernah kebut2an motor, itu bahaya...!!”

Dedek    : ”Kan udah dibolehin Bapak.... Ibu juga dah kasih syarat yang ketat...”

Q2. Mana yang benar? Bapak membebaskan trus Ibu buat syarat, atau Ibu yang buat syarat karena perintah Bapak?

And at the end of the day......

Ibu         : “Dek... kamu gak boleh kebut-kebutan, gak boleh ama Pak RT!!!”

Bapak   : “Tapi aturan Bapak tetap sama ya... Kamu boleh main apa aja, asal sesuai syarat Ibumu!

Ibu         : “Ntar Ibu kasih tau syaratnya kalo Bapakmu dah jadi Pak RT....

Q3. Mending ganti Bapak, ganti Ibu, ganti Bapak+Ibu, atau ganti Pak RT-nya aja?

Kakak    : “Halah mumet... motor aja gak punya kok buat aturan kebut2an di jalanan...”


Moral Cerita : “Let’s make simple things complicated”

Minggu, 17 Januari 2021

Kematian yang Dirindukan

Suatu sore saya pulang dengan seorang ustadz yang juga kawan kerja. Setiap dekat Beliau, selalu saya sempatkan untuk diskusi soal kehidupan dan bagaimana menjalaninya. Tapi kali ini saya banyak bertanya tentang hakikat kematian.

Ada banyak pertanyaan tentang kematian yang sebenarnya saya sudah tahu jawabannya, tapi butuh untuk lebih paham agar yakin karena pada akhirnya saya juga akan menuju kesana. Pertanyaan sederhana yang terus selalu dipertanyakan oleh kedangkalan akal saya.

"Mengapa harus merasakan kematian?"

"Apakah sakit saat menghadapi kematian?"

"Apakah kita tahu saat kematian diri ini sendiri?"

"Apakah sholat dan ibadah bisa mudahkan saat kematian kita?"

"Mengapa banyak orang yang sepertinya tidak siap menghadapi kematian?"

"Apakah yang kematiannya mudah itu tanda orang baik, dan yang sulit itu tanda orang yg di hidupnya berbuat kerusakan?"

"Apa yang harus dipersiapkan untuk menghadapi kematian?"

Tak perlu menjawab semua pertanyaan saya, Pak ustadz pun mengawali dengan kalimat, "Mungkin hanya soal kematian dan akhirat yang selalu ditanyakan pada orang hidup yang belum pernah rasakan kematian dan jalani kehidupan akhirat..., Tapi kita bisa pahami dengan akidah dan ilmu..."

Bicara apapun tentang kehidupan dunia ataupun akhirat, pangkalnya adalah tentang kesadaran diri bahwa kita adalah makhluk Allah. Pemahaman bahwa diri adalah hamba yang sepenuhnya mengabdi dan taat kepada-Nya. Allah yang berikan kehidupan dan Allah pula yang jamin penghidupan sesuai kadarnya. Sekehendak-Nya kapan memulai kehidupan, melebihkan atau mencukupkan penghidupan kita. Saat dihentikan penghidupan, itulah akhir kehidupan di dunia. Dan penugasan kita di dunia telah selesai. Kembalinya hamba ke Penciptanya seharusnya menjadi sesuatu yang dirindukan bila sepanjang hidup kita taat dan terus menghamba.

Bicara tentang saat kematian, saya jadi ingat almarhum Ibu saya. Cukup sederhana keinginan Ibu. Bila kematian menjelang, Ibu tak mau merepotkan siapapun. Dan keinginannya pun terkabulkan. Saat Ibu mulai sakit, bahkan anak-anaknya sendiri tak ada yang tahu. Sakit menjelang ajalnya pun tak membebani siapapun. Tapi saya yakin persiapan kematiannya tak sesederhana keinginan terakhir Ibu.

Bila ilmu tentang kematian didahului dengan kuatnya akidah, kematian akan menjadi sesuatu yang dirindukan.

Bila paham sholat dan ibadah kita hanya sepanjang hidup, persiapkan anak-cucu kita menjadi shalih, sampaikan kebaikan ilmu yang menginspirasi orang menjadi lebih baik, infakkan harta yang abadi manfaat dan pahalanya.

Bila yakin hidup itu hanya soal taat, jadikan sabar dan sholat keseharian kita. Sabar tuk tunjukkan ketakberdayaan kita dan hanya mengharap ke Allah. Sholat tuk sampaikan rasa syukur atas takdir apapun yang diberikan.

Bila cinta ini ujungnya hanya untuk Allah, seharusnya paham tak perlu berharap balasan cinta dari manusia dan bersandar pada dunia. Dunia cukup hanya di genggaman, tak perlu masuk sampai ke hati.

Dan minggu lalu kita yang masih hidup dapatkan contoh kematian yang dirindukan. Jiwa yang siapkan amalan terbaiknya sedari dini. Sosok yang memuliakan anak yatim dan menafkahi fakir miskin. Selalu ulurkan tangan bantu yang ditimpa musibah. Teladan yang siapkan generasi shalih, hanya sampaikan ilmu terbaik, dan tak terhitung infak harta yang terus mengalir kebaikannya. Sakitnya dimaknai bukti sayangnya Allah, dan saat kematiannya menjadi saat dirindukan karena telah jadi jiwa-jiwa yang tenang..

*Hidupnya jadi mulia, Kematiannya pun dirindukan... Barakallah*

Al-Fajr : 27-30



# Alhamdulillah... untuk kawan, rekan, kerabat, dan Ulama yang telah tunjukkan nasehat terbaik

# siapkan diri tuk kematian yg dirindukan

# pengen jadi jiwa yang tenang sebelum kematian datang