Senin, 03 Desember 2018

Aku Melu 212

"Aku melu ke monas 212 ya...", pinta Oma penuh harap ke anaknya
Akhirnya ghirah itu terluapkan. Semangat yang selama ini hanya meletup-letup setiap ada aksi bela Islam.

"Yakin Oma mau ikutan?"
"Kita naik kereta lho berdesakan?"
"Ntar Oma capek jalan kaki agak jauh lho..."
Sejak seminggu lalu kami anaknya memang gak berniat untuk ajak reuni 212 mengingat umur Oma yang sudah menginjak 76, dan akan ada acara arisan keluarga minggu siang yg juga penting.

Ah, ternyata Oma sudah punya rencananya sendiri. Sabtu malam gak bisa tidur terlalu nyenyak karena takut keduluan ditinggal pergi anaknya. Bangun jam 2 pagi, setelah tahajud setel TV lihat berita monas sudah terisi penuh sejak sebelum subuh.

"Aku ikut ke monas ya... insya Allah kuat", diulangi-nya permintaan itu yg meluluhkan anaknya.
"Yang dari luar negeri aja ikutan, masa aku gak ikutan..."
Kata-kata ini yang meyakinkan semangat itu memang sudah meluap.

Benar ternyata gak pernah salah ngajak emak-emak apalagi yg sudah sepuh. Insya Allah akan banyak rizqi yang melimpah. Meski hanya bawa bekal seadanya, ternyata sesampai di stasiun jurangmangu ada yg langsung beri 3 kotak jajanan begitu lihat Oma.
Dilanjut di stasiun Tanah Abang ada yg tawarkan Roti dan Panada. Memang udah naluri emak, diambilnya bukan 1 biji, tapi 5 Roti & 5 Panada buat tambahan bekal anaknya. Belum lagi banyak banget yg bagikan minuman. Lha wong kalo beli makanan aja selalu ambil lebih dari 1, apalagi ini yg gratisan...🤣

Reuni 212 kali ini justru Oma yg luar biasa semangat. Naik-turun tangga stasiun, disuruh naik angkat malah pengennya jalan kaki, diminta istirahat kalo pegel tapi tetap terus jalan, sampai akhirnya terhenti langkah di gedung BI sebelum bundaran Indosat karena penuhnya manusia.
"Oma... istirahat dulu ya...", pinta saya
"Dilanjut aja, belum kelihatan monasnya... aku belum capek...", Oma menyahut tetap semangat.
"Bukan Oma yang capek... tapi kita..." 😭😭
 
Lautan manusia yg berdesakan menuju monas akhirnya memaksa kita kembali pulang menembus arus. Jujur sempat kuatir dengan kekuatan fisik Oma karena beberapa kali lihat ada yang pingsan, orang2 keringatan tahan terik matahari, sampai anak2 yg nangis karena kepanasan. Eh... malah Omanya tetap sehat segar bugar meski sulit jalan menerobos arus.

Istirahat sejenak di Budi Kemuliaan, ada lagi yang tawarin Oma nasi bakar dan diambilnya lagi 5 buah, yang lagi-lagi dibagi buat anak2nya.

Buat kami, reuni 212 tahun ini lebih bermakna dibanding tahun lalu. Oma buktikan ghirah itu tetap menyala. Tak perlu berdebat soal tingkat keimanan. Ikut 212 juga bukan ajang mengecilkan arti iman saudara sebangsa yang tak bergabung atau tak sejalan. Ini sekedar buktikan iman di hati masih ada dengan bersatunya umat di monas. Sama sederhananya dengan singkirkan duri kecil yang juga bentuk masih adanya iman.

Tak apalah dianggap buih. Lautan buih toh mengandung air yang sanggup padamkan api.
Bila kami yang muda tak mampu padamkan api di hatimu, biarlah semangat Oma yang peluk hatimu dengan cinta... 😘😗😙
 
 

Rabu, 31 Oktober 2018

Gelorakan Semangatmu

Buka matamu, tatap tantangan di depanmu
Tajamkan telingamu, dengarkan teriakan semangat itu
Teguhkan hatimu, hadapi rintangan yang menghadang
Bulatkan tekadmu, kini saatnya untuk melangkah maju
Gelorakan semangatmu, tunjukkan kita mampu bersatu

Kita generasi bangsa yang siap raih cita-cita
Iman dan Ilmu jadi modal utama
Maju melesat menjadi bintang
Bersama kita guncang dunia
Tunjukkan hebatnya Indonesia

Jangan pernah siakan waktu
Bangkitkan energi tuk siap maju
Berikan yang terbaik pada upayamu
Mantapkan langkah jangan pernah ragu
Karena Allah akan selalu menjagamu

Tetap tegarlah berdiri
Jiwa mudamu penuh inovasi
Kau akan terbang tinggi
Bagai Garuda yg perkasa lintasi bumi
Namun tetap berpijak dengan rendah hati

Minggu, 30 September 2018

Sampaikan Pesan itu ke Hatimu


Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya.
Dan manusia bertanya, “Apa yang terjadi pada bumi ini?"
Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya,karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) padanya. (QS. Al-Zalzalah : 1-5)

Sudah sampai kah pesan itu kepadamu kawan?
Segera masukkan ke hatimu agar kau paham maknanya
Bencana itu hadir tak hanya untukmu, tapi buat kita semua

Tak peduli kau bertakwa atau pendosa
Tak peduli kau baik atau jahat
Tak peduli kau jujur atau dusta
Tak peduli kau amanah atau khianat
Tak peduli kau rendah hati atau berbangga diri
Bencana itu tetap datang menghempas...

Tak peduli kau pengejar akhirat atau pendamba dunia
Tak peduli kau pencinta Allah atau pemuja makhluk
Tak peduli kau diam menahan diri atau membual kebohongan
Tak peduli kau pemberi kebaikan atau pembuat kerusakan
Tak peduli kau penyemai damai atau penyebar fitnah
Bencana itu tetap akan menghampiri...

Tak peduli kau berbaik atau berburuk sangka
Tak peduli kau ringan bersedekah atau bakhil bertumpuk harta
Tak peduli kau jiwa yang tenang atau selalu gundah
Tak peduli kau hati yang teduh atau penuh keluh

Tak peduli kau penampil sederhana atau pesolek kemewahan 
Bencana datang tak pedulikan siapapun....

Karena setiap bencana sudah ditentukan waktunya
Yang membedakan adalah kesudahannya, menjadi rahmat kebaikan atau azhab kebinasaan

Semua keburukan akan mengundang azhab berikutnya yg tak terperi
Semua kebaikan akan mendatangkan rahmat yg berlimpah

Saat bencana, Allah tunjukkan seperti apa kita sebenarnya
Bersabarlah dan berbaik sangkalah atas ketetapan Allah
Biarkan bencana ini menjadi pengingat betapa kecilnya dan tak berdayanya kita
Pengingat tak selamanya kita di dunia dan akan tinggalkan apapun yg ada didalamnya

Seburuk apapun kita di masa lalu, berubahlah menuju kebaikan

Selagi masih ada waktu sebelum ajal menjelang
Selagi masih bisa memilih untuk menjadi akhir yang baik atau akhir yang buruk
Karena pesan bencana itu tak hanya untuk kalian saja yang tertimpa musibah, tapi juga untuk kita semua yang merasa aman terhindar dari maut yang mengancam.

Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah (QS. Al-Hadid : 22)
Dan musibah apapun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar ( kesalahan-kesalahanmu) (QS. Asy-Syuura : 30)

Sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan membuat kamu ditelan bumi ketika tiba-tiba ia terguncang?
Atau sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan mengirimkan badai yang berbatu kepadamu? Namun kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku (QS. Al-Mulk : 16-17)

Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu (QS. Al-'An'am: 17)

Rabu, 20 Juni 2018

Saat Ramadhan berakhir

Saat Ramadhan berakhir..., jangan padamkan semangatnya Nak
Teruslah baca Qur'anmu
Tetap ringankan kakimu ke masjid
Mudahkan tanganmu untuk beri kebaikan
Awal waktu selalu shalatmu
Perbanyak hafalan suratmu
Jaga terus bersih lisanmu

Kau boleh bergembira hari ini, tapi tetap teruskan semangat ramadhanmu
Kau boleh rayakan hari yg fitri ini, untuk bersiap kembali kejar indahnya iman

Bila kau rasa lelah, istirahatlah sejenak karena tak selamanya harus kencang berlari
Bila tak mampu berlari, berjalanlah
Bila tak mampu berjalan, berdiamlah sejenak
Isi kembali energimu, tuk kembali maju ke depan

Jangan kau berubah haluan atau mundur ke belakang
Ada Ayah disampingmu yang akan temanimu melangkah

Karena sesungguhnya Ayahlah yang sedang berjuang menuju kebaikan
Dan kau bersamaku agar Ayah tak merasa sendiri berjalan

Kamis, 10 Mei 2018

DIlan & AlGojo

Bosan sebenarnya ku bahas kau Dilan
Tapi ini soal AlGojo-mu yang bertebaran di jalan

Semua tahu kau setan jalanan
Tak perlulah ada AlGojomu yang penuhi jalan
Ini makin tunjukkan kau tak jantan
Yang beraninya keroyokan

Panglima harusnya maju terdepan
Eh.. malah AlGojomu yang lempar selebaran
Tebar cerita hebatnya rayuan memabukkan
Yang buat Milea terlena dalam buaian

Cepat terbangunlah dari tidurmu Dilan
Cukup satu Milea saja digenggaman
Tak perlulah kau jadi Don Juan
Karena tak akan kuat kau berjalan

Bilang AlGojo-mu tuk menyingkir dari jalan
Jangan lagi tebar kebohongan
Ingat sebentar lagi ramadhan
Mending banyakin baca qur'an

#tetapgantidilanaja
#bukangantipresiden

Ramai karena Qur'an


Tiba-tiba Nawa pindah dr kamarnya ke kamar ayahnya sambil manyun, " Ayah.... itu tuh Mey gangguin aku jadi gak bisa konsen menghafal..."😒
"Emang Mey gangguin apa? Emang kamu lagi hafalin apa?", tanya saya.
Setelah agak reda manyunnya, baru Nawa mulai bicara, "Mey tuh baca Qur'an kenceng2 di kamar... aku kan jadi gak konsen hafalin surat Ar-Rahman..."
Sebelum mamanya ikutan komentar, saya cukup bilang, "Udah gak papa, kamu istighfar ya..." sembari elus rambutnya.

Buat saya, ini berantem kakak-adik yg paling membahagiakan. Syukur Alhamdulillah karena anak2 berantem untuk kebaikan. Meramaikan rumah dengan bacaan Qur'an, berlomba untuk segera khatam, bersaing banyaknya hafalan surat, saling mengingatkan untuk baca Qur'an tiap hari meski cuma 1-2 ain, atau sekedar rebutan ambil mushaf kesayangan. Rumah jadi lebih nyaman karena tak pernah sepi dari indahnya bacaan Qur'an.

Mudah2an kelak mereka nanti terus berlomba untuk kebaikan yang jauh lebih besar dan bermanfaat. Kebaikan yang sejatinya orang tuanya lah yang paling banyak dapat manfaatnya. Insya Allah....

Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan... (Al Baqarah : 148)

Rabu, 11 April 2018

Kukira Umar... ternyata Dilan

Uang ditebar berlagak bak Umar
Aih... ternyata dia Dilan sang panglima jalanan
Kupikir dia diam bersabar.... taunya tebar pesona di jalan

Milea..... kenapa dengan Dilanmu?
Tak cukupkah sekali saja Dia merayumu?
Kuharap Kau tetap tegar, mungkin dia butuh udara segar
Sesekali pengen jajan dan beli cemilan

Lihat sekarang dia merajukmu
Dipakainya kaos bertulis janji setia
Janji tahun depan tak lagi bengal demi kamu
"Cukup Satu Milea..." katanya

Tetap jaga Dilanmu Milea...
Pegang terus janjinya...
Meski entah tahun depan apa lagi janjinya...

Karena yang paham Dilan cuma kamu, yang lain tidak

#BukanGantiPresiden
#GantiDilanAja

Taman Laut

Lihatlah itu ikan-ikan yang berenang
Berkejaran diantara terumbu karang
Di hamparan pantai berombak tenang
Yang disirami mentari bersinar terang

Taman lautku indah memesona
Senang hatiku melihatnya
Beraneka ragam ikan berada disana
Karena lestari terumbu karangnya

Indonesia negeri lautan
Taman lautnya banyak tak terbilang
Dari Raja Ampat, Bunaken hingga Derawan
Kita jaga agar kelak cerita indahnya tak hilang

Polusi

Sulit rasanya kuhirup segarnya udara
Karena udara yg terpolusi jelaga
Jutaan kendaraan penuhi jalan raya
Pekat asapnya sesakkan dada

Di pinggir kota ratusan pabrik merajalela
Muntahkan ke sungai limbah berbahaya
Sembur asap hitam membumbung angkasa
Tak peduli lagi lingkungan sekitarnya

Mari kawan kita perbaiki semua
Tuk kurangi kendaraan di jalan raya
Gunakan saja angkutan kota
Tinggalkan motor, mulai kayuh sepeda

Bersihnya sungai kita jaga bersama
Tak boleh lagi limbah dibuang disana
Tanamlah pohon tuk sejukkan udara
Kurangi polusi agar sehat badan kita

Selasa, 13 Februari 2018

Spaghetti Rasa Mie Rebus Telor

Seperti biasa, setiap hari minggu kami memasak sendiri di rumah. Untuk hari minggu kemarin, Mama sudah rencanakan untuk memasak Spaghetti Carbonara. Kebetulan ada saudara datang berkunjung, kali ini porsi memasaknya ditambah. Sebelumnya, Mama gak pernah pernah buat Spaghetti Carbonara untuk keluarga. Setelah mencari resepnya di Google, sehari sebelumnya kami siapkan bahan-bahannya.

Sesuai petunjuk resep di internet, bahan-bahannya adalah Spaghetti, susu cair, margarin, keju, bawang bombay, bawang putih, bubuk maizena, irisan tipis daging sapi, dan telor. Kami siapkan semua bahan-bahannya sesuai resep. Mulailah kami memasak bersama menjelang jam makan siang. Untuk memasaknya, kami semua berbagi tugas.

Pertama, Kakak Nawa yang rebus spaghettinya. Sembari menunggu, bawang Bombay dan bawang putih dikupas dan dipotong kecil oleh Mama. Tidak lupa Mey yang potong memanjang irisan daging sapi. Farrel yang potong-potong kejunya dan Ayah yang aduk-aduk telornya.  Setelah selesai, kami panaskan wajan dengan margarine, kemudian kami tumis sebentar bawang dan irisan daging bersamaan. Setelah berubah warna, dituangkan susu, irisan keju, dan yang terakhir adukan telor. Setelah semua tercampur rata, akhirnya saus spaghetti siap. Berikutnya tinggal meniriskan rebusan spaghetti untuk disajikan di piring.

Kami membayangkan spaghetti carbonara buatan kami akan sama specialnya dengan yang ada di restoran. Tapi setelah dimakan, malah terasa seperti mie instan rebus telor. Ternyata ada kesalahan di dalam resep. Seharusnya untuk memasak saus spaghetti seharusnya tidak pakai telor. Tapi biarlah, yang terpenting kami sudah memasak bersama dan bisa menikmati makanan yang ada meski sebenarnya gagal memasak Spaghetti Carbonara rasa restoran. 



Minggu, 28 Januari 2018

Derai Derai Cemara (Sinopsis Puisi Charil Anwar)

Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam

Aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini

Hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah

1949
Karya Chairil Anwar


Bila menilik kehidupan Chairil Anwar, puisi Derai Derai Cemara ini dibuatnya saat Sastrawan itu sakit menjelang kematiannya. Chairil Anwar meninggal saat berumur 27 tahun karena menderita TBC. Saat itu hidupnya tengah dirundung masalah karena sang istri meninggalkannya dan meminta cerai saat anaknya baru berumur 7 bulan.

Puisi ini menunjukkan kegundahan dan kegelisahan hidup Chairil Anwar yang merasa waktunya di dunia tidak lama lagi. Pilihan kata-kata dalam puisi sederhana, namun tak biasa digunakan orang awam sehingga menimbulkan kesan yang mendalam yang tak mudah dipahami. Kekuatan lainnya puisi ini adalah menggunakan rima yang teratur dibandingkan karya puisinya yang lain.

Puisi ini terdiri dari tiga bait dimana masing-masingnya terdiri dari empat baris yang berima teratur. Bait pertama menunjukkan metafora episode kehidupannya dirasa akan berakhir tak lama lagi. Dia metaforakan dirinya bagai cemara tinggi yang merapuh karena dahannya banyak yang jatuh ditiup angin. Dan akhir kehidupannya diibaratkan malam yang akan menjelang.

Pada bait kedua, dia menceritakan bagaimana dia mencoba menerima kesengsaraan hidup dengan mencoba bertahan. Dia tak lagi seperti saat kanak-kanak yang tak mau mengalah karena tingginya ego diri yang dulu dibanggakan.

Pada bait ketiga, Chairil Anwar mencoba merangkum kisah hidupnya yang mengisyaratkan penuhnya kesengsaraan hingga akhir hayat yang membuat dia menyatakan Hidup hanya menunda kekalahan. Dia merasa terasing dari kehidupannya karena tidak ada cinta dari orang terdekatnya. Dia seakan menyimpan banyak hal yang sebetulnya ingin diungkapkan namun akhirnya kematian lebih dulu datang.

Karena puisi ini dibuat sesuai dengan isi hati Chairil Anwar menjelang dia meninggal, pembaca seakan-akan dibawa pada pedihnya kesengsaraan yang dialam sang sastrawan. Terasa sekali gelapnya puisi ini yang menyadarkan pembaca bahwa segala yang bernyawa akan mati pada saat waktu yang ditentukan. Meskipun demikian, tetap semangat jalani hidup dan tidak cepat putus asa.

#demi PR anak gadis
#yg punya PR siapa, yg kerjakan siapa 😑

Rabu, 24 Januari 2018

Keshalihan Anak


Sejatinya.., keshalihan anak adalah persembahan hadiah untuk kebaikan orang tuanya.

Jangan pernah salah memaknai keshalihan anak. Ini bukan imbalan yang didapat orang tua karena upaya kerasnya mendidik anak untuk rajin sholat 5 waktu, mudahkan langkah ke masjid untuk berjamaah, luweskan lafadz untuk terus mengaji dan menghafal Al-Qur’an, ringankan tangan untuk saling membantu dan bersedekah. Shalihnya anak bukan pula jadi alasan kebanggaan ayah ibunya yang merasa memiliki sang anak.
Mendidik anak menjadi shalih itulah fitrah orang tuanya. Tak peduli nanti pada bagaimana hasil akhirnya, yang terpenting adalah prosesnya. Proses panjang yang akan sangat melelahkan yang mungkin baru akan berakhir saat ajal menjelang.
Rajinnya anak untuk sholat, Indahnya bacaan Qur’an anak, Santunnya perilaku anak sejatinya adalah hadiah dari Allah yang luar biasa baik buat kita sebagai orang tuanya. Allah tahu bahwa kita masih butuh imbalan dari shalihnya anak. Allah tahu justru kita yang masih butuh sanjungan orang lain tentang shalihnya anak. Allah paham bahwa predikat shalih anak membuat kita bangga dan makin membuat kita termotivasi untuk terus menjadi baik. Allah paham betul dimana tingkat keikhlasan kita dalam mendidik anak. Dan harus disadari tingkat keikhlasan kita masih ada di level yang rendah.

Coba bayangkan apa jadinya kita bila proses mendidik anak kita terasa sangat sunyi dan membosankan. Kita sudah bermuhasabah diri untuk bertekad ubah diri kita dan mulai hijrah, tapi seakan tak ada yang mendampingi. Harus berulang kali ingatkan anak untuk sholat, berlaku santun, rajin baca qur’an, tapi seakan tak ada perubahan berarti. Berulang kali kita merasa kita sudah lakukan yang benar, tapi terasa salah karena tak bisa bawa anak atau pasangan sendiri untuk ikut perbaiki diri dan berhijrah.

Jadi buat kita yang saat ini merasa beruntung miliki anak shalih, nikmati saja dulu saat ini. Siapkan diri untuk mulai fase selanjutnya. Istiqamahkan anak untuk tetap shalih, meski makin hari makin tak ada yang memuji dan belum tentu akan dimudahkan hidupnya. Makin banyaknya hafalan Qur’an anak, makin rajinnya ibadah dan sedekah anak mungkin tak berbanding lurus dengan banyaknya pujian orang dan makin mudahnya hidup. Harus bersiap kalo akan berjalan berbanding terbalik.

Justru di fase inilah kesejatian cinta kepada Allah akan naik kelas. Cinta Allah itu absolut, tak perlu meributkan riuhnya duniawi. Hidup dan Penghidupan hanya Allah yang tentukan. Kemampuan mengikhlaskan atribut duniawi jadi bukti hanya untuk dan kepada Allah-lah kehidupan kita. Atribut dunia hanya sekedar pelengkap jalani proses ketaatan hidup yang diatur Allah

Terasa berat? Itu pasti...! Tapi kita tahu Allah yang mengatur. Cuma Allah yang paham ada ditingkat mana diri kita. Jadi..., tak perlu berbangga hati bila semua terasa baik, itu semua karena Allah masih memanjakan kita....

Banyaklah bersyukur untuk saat ini.... Karena hakikatnya ke-bersyukuran itu akan teruji saat kenikmatan dunia mulai digantikan dengan nikmatnya keikhlasan.

Semoga tetap semangat didik keshalihan anak.... 

#SyukurRamadhan

Dan terhadap ni'mat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur) - Ad-Dhuha : 11

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan shalih yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. - Al-Kahfi : 46


......Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa - Al- Furqaan : 74

Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh(HR. Muslim )  

Updated : 31 May 2018