Senin, 09 Desember 2019

You are What You Read

Tak sekali - dua kali istri selalu bertanya ke saya kenapa Ale jadi berubah sejak belajar dan mondok di pesantren. Tiap kali dikunjungi dan ditanya ini-itu ama emaknya, sepertinya dia sering gak fokus dgn apa yang ditanya. Kadang harus tunggu sesaat sebelum dijawab sekenanya atau malah gak jawab sama sekali ama dia. Buat dia, seperti gak penting jawab pertanyaan emaknya. Saya pun merasakan yang sama, tapi segera paham bahwa justru kita berdua yang tidak pada frekuensi yang sama dengan Ale.

Sebenarnya ini suatu hal biasa terjadi pada siapapun. Saat seseorang serius belajar dan menghabiskan sebagian besar waktu pelajari sesuatu, maka pola hidup dan kebiasaan baru akan terbentuk mengikuti ritme apa yang difokuskan. Hanya tertarik pada sesuatu yang jadi bagian pembelajarannya, dan terkesan tidak memiliki perhatian dengan hal lain.

Sejak Ale di pondok, sebagian besar waktunya dipakai buat belajar Qur'an. Sejak sebelum subuh hingga matahari terbit, ba'da dhuhur sampai menjelang ashar, dilanjut lg setelah maghrib sampai jam 10 malam. Belajarnya tak hanya di ruang kelas atau di dalam masjid, tapi juga di taman, di selasar, bahkan di tengah jalan dalam kawasan pondok. Kebiasaan yang diulang ini membentuk pola hidup yang terus fokus dengan ayat-ayat Qur'an. Menanamkan pemahaman bahwa belajar bisa dimanapun.

Hampir 6 bulan di pondok, banyak perubahan pada Ale. Sorot matanya jadi lebih tajam, tapi tatapannya seakan dia berpikir sesuatu yang lebih berat. Ale gak lagi banyak bicara seperti jaman SD dulu, tapi mulutnya kadang komat-kamit sendiri menghafal bacaan. Saat dikunjungi, tak lagi tertarik dia dengan game online PUBG, Fortnite, atau FIFA. Paling banter cuma buka youtube liat cuplikan gol Barcelona. Dengan kawan2 kampungnya juga gak se-akrab dulu karena memang jarang bertemu.

Apa ini normal? Kenapa hidup di pondok buat anak jadi seakan terasing dari kehidupan sosialnya? Kenapa belajar Qur'an malah jadi gak perhatian ama hal lain?

Sabar... sebelum berprasangka negatif dan buru-buru menyimpulkan yang salah, gak ada salahnya kita masuk ke frekuensi yang sama dengan Ale. Gak perlu dari pagi sampai malam buka Qur'an, tapi coba deh luangkan 3 jam sehari untuk baca & hafalkan 1 halaman per hari-nya. Rileks aja tapi fokus serius.

Lambat laun kita akan masuk fase yang sama dengan para penghafal Qur'an yang lain. Otak akan terstimulasi untuk terus membaca, mengingat, menghafal. Dari otak turun ke hati yang akan meresapi dan memaknai. Dari hati akan menjalar ke seluruh tubuh yang akan menjaga ilmu yg didapat dan mendorong untuk menginspirasi orang lain yang menuju frekuensi yang sama. Dari apa yang dibaca, kita akan menjadi bagian apa yg dipahami dari bacaan.

Apa yang kita baca, yang dilihat, dan yang dialami tiap hari akan membuat kebiasaan yang membentuk pola hidup dan sudut pandang kita. Sama seperti bila setiap hari bicara politik, kita akan paham segala bentuk intrik politik. Saat harian kita jalani bisnis, intuisi bisnis akan berkembang. Tiap hari menyusuri jalan, kita akan tahu rute mana yang tercepat sampai tujuan.

Tak ada yang salah dengan pilihan kita yang menjadi fokus pembelajaran. Yang salah hanya bila kita berhenti belajar. Kita pun bisa berganti fokus kapanpun. Dan pastinya akan butuh waktu untuk mempelajari sesuatu yang baru berproses menjadi manfaat bagi diri kita dan orang lain.

Pahami bahwa pilihan fokus kita bisa berbeda dengan orang lain. Nantinya kita akan jadi jauh lebih bijak memaknai ini semua.

Tetaplah terus belajar ya Nak tuk jadi lebih baik....
#ceritaanakpondok



Rabu, 09 Oktober 2019

Andai memang Joker betulan ada

Andai memang Joker betulan ada di dunia nyata, gak akan sulit rasanya kalo dia dapat dukungan publik. Semua atribut yang mendukung sudah ada di dirinya meski dia sendiri tak sadar miliki itu semua.

Joker terlahir di lingkungan yang tidak buat dia bahagia, jadi dia tahu persis bagaimana rasanya menjadi rakyat yang termarjinalkan. Dicemooh, direndahkan, dihina, atau sama sekali tidak dianggap sudah jadi santapan sehari-hari. Tinggal ditampilkan ke publik bahwa dia merepresentasikan mereka dan.... Put on a Happy Face

Joker sosok anak yang sayaaang banget ama Ibunya. Dia rawat ibunya yang sakit mentalnya sepenuh hati. Ibunya satu-satunya sosok panutan yang selalu dipatuhi, meski Ibunya jugalah yang buat dia jadi persis sepertinya. Tak ada yang tahu, dia sendiri yang akhirnya buat Ibunya bebas dari sakitnya. Tapi yang ditampilkan ke publik cukuplah bahwa dia sosok penyayang dan ... Put on a Happy Face

Joker itu sosok pekerja. Di benaknya cuma ada kerja, kerja, dan kerja. Lakukan apapun sekehendak hati. Tak perlu dipikir dulu karena tak kuasa dia berpikir. Dia cukup manut taat laksanakan perintah, meski ceroboh hasil kerjanya. Apapun yang dilakukan, yang penting.... Put on a happy face
Joker itu tampil apa adanya. Tak ada beda saat dia pakai bedak di muka atau dengan wajah polosnya. Tampil sederhana, tak pernah tampak raut marah, dan penuh senyum meski sebenarnya itu tawa kalutnya hati. Publik senang dengan raut bahagia tak peduli sebesar apapun kekacauan yg dibuat dan sedih yang dirasa. Yang terpenting selalu... Put on a happy face
Mimpi Joker jadi raja panggung. Dia catat semua detil bagaimana kuasai panggung. Dia ingin penonton tertawa bersamanya. Dan benar.... di panggung dia hanya tertawa sepanjang waktu. Satu-dua patah kata, kemudian tertawa terbahak tak berujung. Penonton termenung, tapi entah kenapa jadi terbius ikut tertawa meski tak paham kenapa tertawa. Ini yang ditampilkan ke publik.. lepaskan masalahmu dengan tertawa meski tak selesai dan..... Put on a Happy Face
Joker itu mimpi buruk buat koruptor dan penumpuk harta. Buat Joker, tak ada ruang hidup buat mereka. Pejabat yang korup sudah buat hidupnya jauh dari menyenangkan. Dia akan lawan semua perilaku busuk koruptor apapun caranya meski dengan cara yang busuk pula. Penumpuk harta pun ketakutan karena Joker anti kemapanan. Teror, Intimidasi dan Ancaman ditebar, tapi tetap dengan senyuman. Joker memang gak doyan korupsi dan tumpuk harta. Cukup beri ruang bagi kawan begundalnya untuk bebas berekspresi, jadilah dia sosok penguasa yang dipuja. Buat publik, Joker anti Korupsi dan bela kepentingan publik. Tinggal lepaskan senyum dan.... Put on a Happy Face
Joker itu jiwa yang terganggu mentalnya. Tak terhitung berapa kali dia berhalusinasi. Tapi anehnya, apapun yang dilakukan seakan tak pernah salah karena publik maklum, iba, bahkan simpati padanya. Itu karena dia selalu.... Put on a happy face
Buat Joker sendiri, dia tak butuh jadi sosok apapun. Dia butuh jadi diri sendiri dan tak perlu jadi badut. Untuk itu dia butuh dipeluk, dicintai, diakui, dihargai. Dia ingin hidup normal dan tak perlu lagi... Put on a happy face
Ah.... untungnya Joker tak pernah benar-benar ada. Untungnya juga di negeri ini tak hadir sosok Joker. Disini cuma ada Petruk yang tiru kelakuan Joker. Itu pun cuma saat mainkan lakon Petruk Mendem. Tapi untungnya ada Semar yang dampingi sebagai penasehat. Untungnya Petruk dan Semar juga bukan wujud nyata.
Dan cuma di negeri ini selalu ada untungnya sepelik apapun keadaannya....


Anak Ajaib


Namanya Azka, baru berumur sekitar 4-5 tahun. Badannya gempal tapi pendek. Tak ada yang istimewa dari anak itu sebenarnya. Sama seperti anak-anak lainnya yang meramaikan masjid. Tapi dari situlah keajaiban itu bermula.

Entah apa yang membuatnya tiba-tiba lebih rajin datang ke masjid dibandingkan anak lainnya. Kebanyakan anak lain datang hanya maghrib-isya, tapi dia datang ke masjid selalu 5 waktu. Sering saya perhatikan dia datang subuh ke masjid tanpa ditemani siapapun. Keluar sendirian dari rumahnya yang kontrakan sepetak cuma dengan celana tidur seadanya menuju masjid. Segera ambil wudhu, celingukan pilih shaf, duduk sila dan.... eh malah tidur dia..

Tiap kali ke masjid ada aja ulahnya yang buat saya salut. Dia rapikan semua sandal jamaah yang berserakan jadi berjejer di bawah tangga. Mau tidak mau jamaah yang datang terlambat juga tergerak merapikan posisi sandalnya. Ada kebanggaan tersendiri buat dia saat jamaah pulang tak lagi pusing cari sandal mereka.

Selesai rapikan sandal, dia datangi satu per satu bapak-bapak dan diciumi tangannya. Kadang sambil lompat kodoklah, jalan mundurlah, sembari lari muter2lah, atau iseng ngupil dulu sebelum salaman. Kalau sedang beruntung, keluarlah dari kantong bapak-bapak uang 2ribu buat jajannya atau malah dimasukkan ke kotak amal.

Saat iqamah berkumandang, secepat kilat dia lari dari shaf belakang menuju tepat dibelakang imam. Tapi upayanya gak pernah berhasil, selalu dihalau dia supaya pindah ke ujung shaf karena belum saatnya dia ada di belakang imam saat sholat jamaah. Eh.. pas dipindah ke ujung shaf, malah ngeloyor pergi cari shaf sendiri di belakang.

Trus ajaibnya dimana?
Sejak ada Azka, masjid jadi menyenangkan karena tambah rame. Sejak ada dia, jamaah jadi sadar sendiri rapikan sandalnya.
Karena dia, bapak2 jadi adu cepat dapat shaf terdepan. Karena Azka, bapaknya sendiri akhirnya ikutan jamaah di masjid
Kalau Allah berkehendak, tak perlu susah payah ramaikan masjid.
Cukup kirim sosok-sosok seperti Azka yang datangi masjid.... meski cuma numpang lanjutkan tidurnya 😊😊


Selasa, 17 September 2019

Benci dosanya, Cintai Amalan Surganya 2

Pernah dengar kisah hafiz qur'an yang akhirnya dihukum mati karena membunuh sang khalifah?
Pernah juga baca kisah pelantun adzan yang menjadi murtad di akhir hidupnya?

Bukan karena mereka menjadi penghafal Qur'an terbaik atau menjadi pengingat waktu shalat dengan adzan-nya yang membawa mereka ke akhir hidup yang buruk. Tapi itu bukti sulitnya menjadi Islam yang kaffah dan beratnya tetap berpegang di tali tauhid.

Memahami Qur'an tak cukup hanya dengan akal, tapi harus dengan dengan hati. Akal mungkin hanya menangkap yang tersurat, tapi hanya hati yang mampu memahami yang tersirat.

Melantunkan panggilan adzan atau bacaan Qur'an tak cukup hanya merdu didengar, tapi juga teresap makna baik buat pelantun maupun pendengarnya. Untaian makna itulah yang harusnya tercermin dalam sikap hidup.

Hafiz Qur'an dan Muazin itu tak pernah membayangkan cerita akhir hidupnya berulang kali dijadikan nasehat terbaik bagi muslim lainnya. Bila saja waktu bisa berulang atau diberi waktu untuk sedikit diperpanjang hidup, mereka pastinya akan perbaiki kesalahan hidupnya. Tak akan sudi mereka ada nila setitik yang akan merusak susu sebelanga.

Maka jangan salah berkesimpulan untuk kedua kisah itu. Pahami dengan iman dan semangat untuk terus memperbaiki diri dan tetap istiqamah.

Untuk para pemberi nasehat, berhati-hatilah dalam menyampaikan kisah ini. Bila tak disampaikan dengan bijak, pesan yang disampaikan jadi salah. Bisa jadi pesan yang ditangkap seperti ini :
"Lebih baik jadi pemabok tapi gak ganggu orang, daripada rajin sholat tapi mulutnya kasar"
"Mendingan suka dangdut tapi tetap sholat"
"Mending cuma hafal 1 surat daripada hafal 30 juz tapi masih maksiat"

Bila ada saudara seiman yang terpeleset jatuh ke dalam lubang dosa, segera ulurkan tangan untuk mengangkatnya kembali. Tak perlu menertawakannya dan memperoloknya yang akan membuatnya tak mampu sambut uluran tanganmu karena kedua tangannya menutupi muka tuk menahan malu. Jangan sampai tertawa dan olokkan kita malah membuatnya merajuk dan berpaling dari langkah untuk kembali ke jalan yang baik.

Tak perlu pula menggunjingnya yang malah akan membuat pelakunya makin tenggelam dalam dosa karena sibuk membela diri.
Benci saja dosanya, tapi bukan pelakunya.
Benci saja dosanya, dan tanamkan benci itu pada diri agar kita tak lakukan dosa yang sama.

Ini perkara berkasih sayang dengan saudara, bukan perkara apakah kita lebih baik dari saudara kita yang terpeleset dalam dosa.
Boleh jadi kita paham itu lubang dosa karena dulu kita pernah terperosok kedalamnya, dan saatnya sekarang kita menjadi penyampai nasehat yang baik agar berikutnya tak ada pelaku dosa yang sama.

-Tetaplah saling menasehati dalam kebaikan-

Dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yaang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS: Al- Hujurat : 12)


Rabu, 11 September 2019

40=46:15

Saat usiamu 40...
Tak perlu lagi ada nyanyian selamat ulang tahun
Lantunan doa 46:15 lebih dari cukup bila tertanam di hati

Usia 40 itu titik balik
Karenanya banyak orang bilang,
"Life begins at 40"
meski seharusnya "Life reflects on 40"

Maknai apa yang sudah terlewati selama 40 tahun
Refleksikan pada diri apa yang akan dilakukan 40 tahun kedepan
Tinggalkan lumur dosa dan segera mulai perbaiki diri, berusaha terus jadi lebih baik

Mintalah petunjuk pada Sang Pemilik Waktu
Petunjuk agar mampu selalu mensyukuri nikmat yg diberikan kepada engkau dan orang tuamu
Yang karenanya kau wajib lakukan kebaikan kepada mereka yang Allah ridhoi
Mintalah petunjuk agar mendapatkan kebaikan yang terus mengalir selamanya untuk dirasakan anak cucu
Taubatlah untuk semua buruk laku dan terus berharap agar menjadi selamat di akhir waktu

Usia 40 memang tak lagi muda, tapi tak perlu juga risau jalani sisa hidup di dunia
Aku kan bersamai langkahmu menuju kebaikan
Meski entah siapa nanti yg lebih dulu berpulang

#bekal40
#911

Selasa, 13 Agustus 2019

Sosok Hijrah

Berulang kali saya dibuat kagum dengan sosok-sosok yang bulatkan tekad untuk total hijrah. Sosok ini hanya bisa dijumpai pada pendosa yang tersentuh hatinya untuk bergerak berubah. Pada sosok inilah energi hijrah meluap-luap. Alasan mengapa mereka berhenti jadi pendosa dan tujuan setelah hijrah itu selalu menarik dan beri semangat saya untuk terus di jalan ini.

Ada kawan yang bertahun-tahun menjadi peminum, keluar-masuk klub malam, dan hampir semua orang mengutuki kelakuannya. Tiba-tiba dia rajin hadir di masjid, datang sebelum adzan dimulai, dan pilih sisi sudut masjid untuk bertafakur. Berangkat ke masjid jam 3 pagi pun dijalani, mau tahajud sekalian subuhan katanya.

Ada juga kawan penjudi yang tak pernah kapok. Dia bilang judi itu ibarat hidup, ada kalah dan menang. Sampai pada suatu titik, dia kembali ke masjid. Selalu rajin sholat jamaah dan dipastikan ambil tempat shaf terdepan, meski bukan bukan tepat di belakang imam.

Sosok lain ada juga sahabat yang dari dulu doyan menumpuk harta yang diragukan halalnya, ya dari kolusi, korupsi, pat gulipat, atau semacamnya. Sekarang berubah jadi rajin sedekah dan hidup bersahaja.

Jenuh. Itu titik balik mengapa mereka berhijrah. Mereka jenuh dengan dosa yang dilakukan. Bosan mereka dengan belenggu dosa yang berulang-ulang. Sang Peminum gak dapat tenang dari tegukannya. Si penjudi gak dapat senang dari menangnya. Penumpuk harta gak dapat bahagia dari banyaknya harta.

Dulu saat jadi peminum, penjudi, penumpuk harta tak seorang pun yang mampu menasehati. Meski perut jadi buncit dan penyakit udah menumpuk, terus aja lanjutkan minum. Meski sudah habis-habisan karena kalah judi, tetap aja pasang taruhan sampai rasakan menang yang menagih. Meski harta benda sudah banyak, sepertinya tak memuaskan nafsunya.

Sekarang semua berbeda, mereka jadi rasakan seperti apa hidup yang tenang, senang, dan bahagia yang sebenarnya. Satu-satunya penyesalan yang tersisa hanya tinggal satu, kenapa hijrah total ini tidak dilakukan sejak dulu. Energi mereka untuk kembali baik benar-benar all out.

Kalau dulu mereka pecinta dunia, sekarang perindu akhir yang baik. Cita-cita nanti di akhir hidup pun tak muluk-muluk. Suatu saat nanti, sang mantan Peminum ingin meninggal saat pergi melangkah ke masjid, bekas Penjudi ingin mati saat sedang sholat, dan eX-Penumpuk Harta ingin tinggalkan dunia saat sudah sedekahkan semua harta.

Hijrah tak cukup hanya sekedar berubah karena ikuti arus perubahan. Hijrah butuh konsistensi untuk terus istiqamah. Hijrah butuh kawan-kawan baru yang berikan dorongan energi untuk terus mengalir dinamis agar tak membosankan.

Untuk semua yg masih tenggelam dosa, ayo segera berubah. Kita semua butuh kalian berhijrah agar berikan dorongan energi itu. Tak perlu tunggu hidayah karena berubah itu tentang bergerak, bukan digerakkan. Bergerak ke kebaikan akan menggerakkan langkah kebaikan lainnya.

Untuk kawan yang sudah bersama berubah, tetaplah di jalan ini karena kalian dibutuhkan untuk membersamai iringi langkah ini dan saling mengingatkan-menguatkan untuk akhirnya temui ujung yang baik.

#JalanHijrah
#MulaiAjaDulu

Berpulangnya Seorang Kawan

Berpulangnya seorang kawan jadi pengingat bahwa ternyata hidup ini singkat, hanya tempat persinggahan sementara....
Tak perlu lama menunggu satu per satu kawan & sahabat tinggalkan kita lebih dulu di dunia ini
Nanti juga akan tiba giliran kita yang menuju kesana...

Bersiaplah... karena tak lama lagi kita juga kan menuju kesana.
Siapkan dengan baik amal kita... karena cuma itu yang akan terus menemani.
Kawan atau bahkan keluarga sendiri tak akan selamanya disamping kita
Jabatan dan kekayaan akan langsung tanggal sesaat setelah ruh terlepas dari jasad...
Hanya doa anak shalih, ilmu yg diamalkan dengan baik, dan harta yg disedekahkan yang akan terus mengalir kebaikannya ke diri kita

Selamat jalan kawan... kupersaksikan kau orang baik. Hanya orang baik yang akan kembali ke kebaikan. Semoga kita bisa berkumpul disana dengan orang-orang baik lainnya. Panggil-panggil namaku jika tak kautemui aku di kumpulan itu nanti disana...


#kawan Sukabumi 10 Agt 2019

Senin, 29 Juli 2019

Rindu Lelaki

Jangan kau tanya bagaimana rindu lelakimu ini
Rindu ini sama seperti yang kau rasakan
Hanya saja rindu ini seperti tercekat di leher
Tak mampu diungkapkan dengan kata

Akhirnya ku rasakan lagi rindu seperti ini
Yang kuingat ini sepadan dengan rasa rinduku padamu
Saat kita dulu terpaut jarak dan waktu
Tapi rindu kali ini berbeda warnanya

Bagaimana mungkin aku tak rindu padanya
Dia yang temani langkah subuhku
Dia yang ajak kembali renungi kalam-Nya
Dia yang selalu bergegas saat kumandang adzan
Dia lelaki kecil wujud diriku dan dirimu

Tapi biarlah rindu ini akan ciptakan rindu yang sama pada lelaki kecilku
Rindu yang ingatkan dia indahnya cinta melebihi nikmat dunia
Rindu yang akan berubah wujud jadi mustajabnya doa
Rindu yang akan luapkan energi kebaikan

Biar saja kutahan rindu ini agar terbangun ketangguhan, tak hanya buat dia tapi juga buatku
Biar kubelai rindu ini agar menjelma jadi ruang hati yang akan terus terhubung
Sebagai pengingat bahwa makin baiknya aku akan terwujud ke dirinya, dan lumur dosaku akan mengotori kakinya yang menuju kebaikan
Biar saja kupeluk rindu ini agar berbuah jadi doa tulus yang menghantar pada indah lantunan kalam-Nya yang tersimpan lama di benaknya
Biar saja kuserahkan rindu ini pada pemiliknya ...

Sabarlah... ini takkan lama untuk merubahnya menjadi Lelaki seutuhnya
Lelaki yang akan kau rindukan kebaikannya dan kau banggakan kerendahan hatinya
Sama seperti rindu dan bangganya dia padamu
Lelaki yang paham bahwa hidup harus diperjuangkan dengan sabar dan tawakal
Supaya mampu dia tebar kebaikan dari buah perjuangannya
Relakanlah... karena ini butuh pengorbanan yang akan membuat ruang kesabaran baru bagi kita berdua

Rabu, 01 Mei 2019

Kemenangan Semu Semar

"Priit...priit...priiitt...!"
Pertandingan bola pun berakhir. Letusan mercon memenuhi stadion. Kurawa bersorak sorai. Bising sekali terasa di telinga. Asap mercon menyelimuti seluruh stadion membuat pandangan berkabut dan perih di mata. Skor di papan tunjukkan Punokawan unggul, entah beda 10 atau 8 poin karena masih terlihat samar.

Meski menang skor, Punokawan tak perlihatkan raut muka cerah gembira. Terlebih lagi Semar yang di ujung tiang gawang. Kepalanya menunduk sembari berulang kali gelengkan kepala seakan tak percaya apa yang terjadi. Bagong yang sejatinya jelmaan Semar juga terlihat bingung dan hanya mampu goyangkan pinggulnya. Gareng-pun berjalan pincang karena berulang kali tersandung di sisi lapangannya sendiri. Hanya Petruk yang terlihat sunggingkan senyum kecilnya.

Di sisi seberang, Pandawa menatap nanar. Arjuna tak mampu lagi berkata-kata dan tak berdaya, seluruh badan seakan remuk seperti saat perang Baratayuda yang lalu. Sadewa yang saat pertandingan di kartu merah tak mampu redam emosinya. Untungnya ada Nakula yang menenangkan. Bima pun sempat terlepas emosinya dan teriakkan Pandawa-lah pemenang sebenarnya. Hanya Yudisthira yang menahan diri tetap tenang dan merenung.

Di luar stadion, sebagian Baladewa terpaksa pulang menunduk lesu. Entah apakah ini hanya bentuk kekecewaan sesaat atau akan jadi depresi berkepanjangan. Di lingkar luar stadion, Baladewa malah disuguhi pemandangan ratusan karangan bunga yang sengaja dipersiapkan Kurawa jauh sebelum pertandingan dimulai untuk merayakan kemenangan semu Punokawan. Tak lupa puluhan baliho propaganda klaim kehebatan Petruk dikibarkan.

Baladewa emak militan mulai lancarkan protes. Dengan memakai daster, bertopi dandang, dan bersenjatakan sapu, mereka menuntut Komite Pertandingan memutar ulang VAR dari sejak peluit berbunyi. Komite Pertandingan meminta bersabar dan hanya menawarkan untuk menggunakan VAR dari satu kamera saja. Baladewa tak sudi karena mereka pegang bukti kecurangan yang terlihat dari banyak kamera VAR yang ambil gambar seluruh sudut. Entah seberapa lama nantinya Baladewa emak militan ini bisa bertahan.

Bagi Pandawa, memenangi pertandingan ini  besar artinya. Pemenang pertandingan akan berhak penuh atas stadion. Ini momentum yang akan dimanfaatkan Pandawa untuk merenovasi stadion dan menambah kapasitasnya. Pandawa ingin stadion menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan bagi semua, tempat Baladewa dan Kurawa rukun bercengkrama dan saling bercerita seperti sedia kala karena mereka terlahir dari garis darah yang sama.

Satu purnama silam, Petruk memang memenangi pertandingan, tapi sebenarnya Duryodana-lah yang jadi penguasa stadion. Sejak berkuasa, aura stadion menjadi berbeda. Aroma busuk menyeruak dari banyak sisi meski tampilan stadion terlihat lebih cantik dari sebelumnya. Tak mampu Petruk singkirkan tikus dan kecoa yang memang dipelihara Duryodana. Ditambah lagi disisakan beberapa sudut ruang yang dibiarkan gelap dan kotor. Ruang itu memang diperuntukkan bagi para siluman kawan karib Duryodana. Tribun pun disekat-sekat yang membuat penonton terpecah jadi dua kubu yang bersebrangan.

Selepas pertandingan, Petruk diberikan panggung. Dia sadar ada yg tak beres dengan stadion dan pertandingan tadi, tapi tak kuasa menentang Duryodana. Tak sanggup dia tunjuk hidung Duryodana sebagai biang kecurangan. Tuk tutupi ketakberdayaannya, kembali lagi dia bual janji untuk buat stadion baru di seberang pulau. Stadion yang lebih baik, lebih megah, dan lapangan yang lebih rata katanya. Stadion baru yang bebas bising dan macet. Tapi sayang, tak satupun Baladewa mengamini. Teringat dulu saat masih jadi pecundang, Petruk sesumbar akan mudah membenahi stadion yang lama. Akhirnya semua paham, apapun yang akan dikerjakan Petruk ujungnya hanya akan menambah pundi-pundi emas Duryodana.

Di bibir panggung, pandangan Semar sepertinya kosong. Pikirannya menerawang jauh. Tak mampu dia bayangkan bagaimana dampingi Petruk satu purnama ke depan dan akan tetap di bawah bayangan Duryodana. Sepanjang hidup jadi panutan hidup bagi Baladewa, tapi tak mampu dia enyahkan durjana di depan matanya. Semar berharap ini semua mimpi dan ingin dia cepat terbangun untuk segera kembali ke kahyangan.

Baladewa kini hanya tinggal berharap pada Sang Kuasa. Laku upavasa mesti dilakukan tuk jadi upaya berserah diri dan panjatkan doa terbaik. Semoga akan ada keajaiban atau setidaknya dikuatkan hati tuk sanggup hadapi kenyataan di satu purnama kedepan...

#EndGame
#LanjutanCeritaNegriWayang
#MenangCurangApaEnaknyaSemar?
#SaatnyaKembaliPuasa




Sent from my Samsung Galaxy smartphone.

Selasa, 23 April 2019

Tanding Tandang di Kandang Kurawa

Alkisah Pandawa bermain bola di kandang Kurawa. Lawannya bukan Kurawa, tapi Punokawan. Sejak jauh hari Pandawa sudah mencium bau busuk di kandang Kurawa, tapi demi sportivitas tetap dijalankan meski tahu pertandingan tak akan mudah. Duryodana tetapkan pertandingan hanya 1 babak dan tidak ada pergantian sisi lapangan.

Saat diberi sesi latihan, sedari awal Pandawa sudah protes lapangan tidak rata seluruhnya. Hanya rata di sisi kanan, tapi sisi kiri lapangan bergelombang dan penuh dengan kubangan. Bola yang digunakan pun tidak bundar penuh, tapi lonjong jadi sulit bola ditebak arah tendangannya. Di luar lapangan, Baladewa terpaksa kecewa karena tak diberi jatah tiket.

Awalnya Kurawa berkilah protes itu hanya bualan Pandawa sendiri. Tapi setelah lihat fakta, Kurawa tetap tak bergeming dan berkelit itu hanya akal-akalan Pandawa supaya pertandingan dibatalkan. Baladewa pun disalahkan karena tak berusaha keras dapatkan tiket pertandingan. Terpaksa Baladewa hanya menonton pertandingan di depan layar.

Sebenarnya Punokawan bukanlah lawan tanding Pandawa. Dulu mereka bersatu, rukun dan guyub layaknya saudara kandung, tak saling berkubu seperti sekarang. Sejak Kurawa dikalahkan Pandawa, Duryodana membujuk rayu Petruk untuk dijadikan bonekanya. Duryodana paham Petruk ingin jadi juara, jadi tak perlu susah payah Kurawa mengalahkan Pandawa supaya jadi penguasa jagad bola.

Waktu Pertandingan pun dimulai. Tribun dikuasai Kurawa yang tiketnya seluruhnya gratis karena dibayari Duryodana ditambah kupon 5kg beras. Bola yang dipakai tetap lonjong. Wasit tentukan Punokawan dapat sisi kiri dan Pandawa sisi kanan.

Peluit tanda mulai tanding berbunyi. Keduanya saling serang. Pandawa kesulitan serang Punokawan karena sisi kiri tak rata. Sebaliknya Punokawan menyerang leluasa karena sisi kanan rata.
Wasitpun juga bermain. Lari tergopoh-gopoh karena kantongnya sudah penuh kepeng emas. Tak fokus pimpin pertandingan karena takut kepengnya berjatuhan. Wasit tak peduli berapa gol yang sudah masuk, di otaknya cuma teringat pesan Duryodana.

Tackle kasar Gareng tak digubris wasit, tapi sentuhan lembut Arjuna diganjar kartu kuning. Makian Bagong tak berbuah kartu merah, tapi teriakan Sadewa membuatnya keluar lapangan. Tendangan melengkung Bima yang masuk gawang tak dinyatakan sah, tapi sundulan offside Petruk menambah skor.

Di atas tribun, petugas skor tak ketinggalan bermain. Diubahnya gol Pandawa menjadi skor untuk Punokawan. Penonton di lapangan tak menyadarinya. Hanya penonton di layar kaca yang bisa lihat karena kameramen selalu sorot papan skor saat gol terjadi. Komite Pertandingan buru-buru buat pernyataan mempersilahkan penonton meralat hasil skor, tapi tetap bersikukuh papan skor di lapangan yg dipakai. Dia hanya akan meralat saat pertandingan telah usai.

Penonton layar di luar lapangan tetap bersabar, belum ada keinginan merangsek ke stadion untuk melabrak wasit, petugas skor, dan komite pertandingan. Sebagian membubarkan diri karena percuma berharap Pandawa menang dengan kecurangan ini.

Entah berapa lama lagi pertandingan berakhir, Pandawa tampak lelah karena energi terkuras menahan amarah karena dicurangi. Di sisi lain, bedak Punokawan tak juga luntur karena tak perlu berkeringat dan Petruk pun busungkan dada yakin dia jadi pemenangnya. Di sudut lapangan, Duryodana bersorak dengan Kurawa-nya. Hanya Semar di tiang gawang terdiam bingung harus bersikap apa melihat kecurangan ini.

Buat Baladewa tak masalah bila Pandawa kalah, tapi terpaksa dikalahkan ini yang membuat sakit hati. Tinggal berharap datangnya Bathara Guru yang memberi keadilan untuk semua.

#PertandinganBelumUsai
#CeritaNegriWayang

Jumat, 12 April 2019

Lelaki yang Tak Pernah Hadir

Entah ini pertanyaan atau keluhan dari anak ke ayahnya. Tapi tiba-tiba ini mengingatkan saya pada pertanyaan yang sama yang tidak pernah berani saya tanyakan ke Bapak saat saya kecil dulu. Pertanyaan sederhana anak yang sejatinya tak semudah diucapkan di mulut.
"Ayah, kenapa sih pulangnya malam terus?"

Saat kecil dulu sebetulnya pertanyaan terpendam saya jauh lebih banyak dibanding anak saya.
"Kenapa Bapak jarang di rumah?"
"Kenapa Bapak berangkat pagi betul dan pulang terlalu larut?"
"Kenapa Bapak jarang ajak jalan-jalan?"
"Kenapa Bapak hampir gak pernah belikan mainan?"
"Kenapa Bapak nyaris tak pernah antar anaknya ke sekolah?"
"Kenapa Bapak dinas luar kota lama?"

Hampir-hampir saat kecil dulu saya seperti tak kenal Bapak. Semua hal yang saya dan kakak-adik lakukan hanya ada Ibu di samping. Bapak ajak jalan hanya sekali-kali yang bisa dihitung dengan jari dalam hitungan tahun. Entah butuh berapa tahun saya baru bisa pahami Bapak.

Dan saya akhirnya baru benar-benar merasakan pemahaman ini saat menjadi sosok ayah seperti di posisi Bapak waktu itu.
Bapak memang jarang hadir buat anaknya, tapi hasil kerja kerasnya mampu biaya sekolah anaknya.
Bapak seperti tak punya waktu untuk ajari PR anaknya, tapi tetap sempatkan ingatkan waktu sholat.
Bapak memang tak punya waktu makan malam bersama, tapi do'anya tak pernah putus harap untuk bisa bersama keluarga selamanya.
Bapak yang habis waktunya untuk bekerja, tapi tak pernah kehabisan uang untuk cukup nafkahi keluarga dan bantu sanak saudara.

Sejatinya apa yang sekarang saya alami menjadi ayah adalah cerminan apa yang dialami Bapak dulu. Bila Bapak saat ini masih ada, pastinya dia akan tersenyum simpul sembari berkata, "Sekarang giliran kamu rasakan apa yang Bapak dulu rasa Nak..., Bersabarlah..."

Saat ini pasti Bapak bisa bangga untuk bilang saya sudah jadi laki-laki seutuhnya persis yang Bapak mau. Dulu dia lakukan ini semua pada anak lelakinya supaya tangguh dan kuat. Bapak tunjukkan tak peduli setangguh atau sekuat apapun, lelaki itu tak kan pernah sempurna di mata keluarga dan harus selipkan setulus kata maaf untuk cela perbuatannya. Tak pernah terbersit ingin dipuja karena Bapak sadar tak akan pernah sempurna.

Saya jadi paham kenapa dulu Bapak jarang sekali peluk saya. Bapak ingin saya tangguh di hadapannya dan hanya menangis di pelukan Ibu. Hal yang sama saat ini saya lakukan ke anak lelaki saya meski sesungguhnya saya ingin peluk dia.
Saya jadi paham kenapa Bapak jarang bicara ke anaknya karena ingin tunjukkan lelaki itu tak boleh keluh kesah, tapi jadi tempat luapkan keluhan. Hal yang persis saya tampakkan ke anak-anak.
Pantas saja Bapak tak pernah terlihat menangis dan air matanya selalu disembunyikan di sudut kesendiriannya karena tak ingin dia terlihat lemah. Di depan anak-anak selalu bilang Boys Dont Cry, tapi kita tak pernah tahu kalo ternyata Cry like a River.

Jujur saja lidah jadi kelu saat anak-anak protes dimana ayahnya saat mereka butuh saya hadir di samping. Ini takdir seorang lelaki yang dipaksa nasib menjadi pemimpin keluarga. Tak perlulah saya berkilah, "Ayah harus kerja hidupi kalian Nak..." atau berkelit, "Ayah sibuk dan gak sempat Nak...". Belajarlah dari Bapak, dia cukup beri pelukan dan lirih bisikkan, "Maafkan Bapak ya Nak...". Meski kata maaf itu tak pernah terdengar di telinga anaknya.

Mungkin benar adanya kata maaf itu tak perlu diucapkan Bapak. Justru saya lah yang harus ucapkan terima kasih karena sudah diajarkan bagaimana menjadi seorang ayah jauh sebelum saya saat ini mengalaminya sendiri.

#75/40 R19

Senin, 25 Maret 2019

Jaws or Paws

Just pretend you're a deer...

If a deer may have a choice what to get from a tiger, Jaws or Paws a deer will prefer?
Both are hurt and deadly for a deer to get...
When the Jaws get a deer's neck, nothing you can do. You just wait seconds to have your death.
But when the Paws grab a deer's body, at least you still have a chance to run. Then you'll be Safe. And after that moment you may say Ameen....

Unless you prefer the first one again, I need to give you a hug dear..... It means you're ready to be in dead mode for the second time...

#it's about picking a better option among two worst choices

Petruk Turun Panggung

Di dunia wayang, Bima tak pernah anggap Petruk jadi lawannya. Petruk itu hanya pion yang sedang dimainkan Duryodhana. Duryodhana itu tak terkalahkan dan jadi sosok tertangguh di barisan kurawa.

Bagi Bima, Duryodhana-lah lawan sebenarnya. Tak perlu dia habisi 99 kurawa untuk bungkam tawa palsu di bibir panggung. Bila Duryodhana mampu ditaklukkan, Kurawa lainnya akan langsung terdiam karena tak ada lagi uang saku yang diselipkan untuk memancing gelak tawa. Tak perlu diminta pun, mereka akan mundur teratur.

Lalu, Petruk tetap dibiarkan menjadi raja panggung? Tenang saja.... Kalian lihat sendiri kan dia malah bangga sudah copot Gareng dari panggung? Tak perlu panggil Gatotkaca naik panggung tuk paksa Petruk turun, cukup teman setianya saja yang ajak dia turun.

Ya... kawan setia tak akan pernah lupakan temannya. Tinggal tunggu saatnya saja Gareng  akan minta turun Petruk. Dan Petruk-pun nantinya tersadar lebih baik turun daripada Gareng buka rahasia terpendamnya...

#Petrukturunpanggung

Raja Panggung

Tak perlu repot menentukan siapa sebenarnya penguasa panggung. Petruk dinanti tampil di panggung karena celotehannya yg menyentil. Sejujurnya raut Petruk jauh lebih baik terlihat polos dibanding tampak lucu. Tapi karena riasannya yang penuh bedak dan gincu, jadilah Petruk sosok yang dinanti untuk menggelitik perut.

Apapun ucapannya membuat riuh sekeliling panggung, apalagi di bibir panggung ada sekelompok Kurawa yang dibayar untuk menyoraki tampilan Petruk. Penonton undangan pun terbawa suasana penuh gelak tawa. Percaya diri Petruk makin meluap seakan tunjukkan dia-lah raja panggung sebenarnya.

Sejatinya di ujung panggung-lah raja yang sebenarnya. Dunia wayang ada di genggamannya selama Petruk tetap ada di panggung. Dia lah yang menggerakkan Kurawa untuk tetap setia pada setiap pentas Petruk. Sembari gerakkan cerutunya, Duryodhana nikmati kejayaan di sudut panggung. Kejayaan yg dia nikmati setidaknya 1 purnama terakhir...

#Petrukrajapanggung

Lakon Punokawan

Di panggung, Petruk tak mungkin tampil melawak sendiri. Ada Gareng dan Bagong yang menemani sebelum Semar yang tampil memberi petuah. Ketiganya itu anak Semar, meski bukan anak kandung.

Petruk itu sebenarnya sosok yang tinggi dan tampan. Dia terkenal suka bercanda tapi juga suka kelahi. Karena adu tanding-lah, tubuhnya jadi cacat.

Gareng ini juga sosok yang ganteng dan sakti. Tapi sombongnya yang membuat dia kehilangan keduanya setelah kalah berkelahi. Jadilah dia satria pincang sebelah kaki dan rusak wajahnya.

Keduanya satria tampan tapi saling kelahi, maka jadilah kedua satria itu Petruk dan Gareng. Hanya Petruk yang tahu kelemahan Gareng dan sebaliknya hanya Gareng yang paham rahasia tersembunyi Petruk. Mereka berdua berguru ke Semar sebelum diangkat jadi anak.

Bagong sendiri adalah wujud bayangan dari Semar. Kalo Semar digambarkan sosok sepuh yang dituakan dan tinggi ilmunya, Bagong adalah sosok sebaliknya. Umur Bagong yang paling muda dan dia sosok yang lugu dan terkadang kurang bertata krama karena ilmunya yang kurang.

#KenaliPunokawan

Semar vs Gatotkaca

Seorang Semar tak perlu bergerak aktif basmi kejahatan dan bereskan carut marut negeri. Seorang Gatotkaca pun tak perlu susah payah jadi simbol indahnya moral rakyat dan pemberi nasehat terbaik.

Dalam panggung wayang, sosok Gatotkaca-lah yang ditunggu aksi laganya. Semar hadir di sela kekosongan saat Gatotkaca lelah hadapi lawan. Sesekali Semar juga tampil menghibur untuk imbangi lawakan Petruk yang garing tak lucu.Semar hadir bukan untuk jadi lawan Gatotkaca, tapi menjadi penguat mental. Tak perlu Semar dan Gatotkaca berganti peran karena masing-masing sudah sesuai porsinya.

Gatotkaca tak bisa berjuang sendiri. Bima ada dibelakangnya karena hanya seorang ayah yang paham bagaimana membentuk Gatotkaca.

Saat hidup negri wayang terasa monoton dan membosankan, Petruk dan Semar bisa hadir bawa kesegaran. Tapi saat negri wayang terasa sesak, butuh Bima dan Gatotkaca untuk tampil benahi negri.
#cumaceritanegriwayang

Rabu, 06 Februari 2019

Dagelan Terlarang


Dagelan itu tak lebih dari cara kita tertawakan diri sendiri

Tertawakan kebodohan, kebohongan dan kepandiran kita sendiri

Mengkomedikan kejadian yang sebenarnya sama sekali tidak lucu

Dagelan itu membuat yang serius menjadi sekedar main-main belaka



Ndagel itu gak boleh kebanyakan, gak boleh monoton

Kebanyakan nonton dagelan juga akan buat muak

Lihat dagelan yang itu-itu aja ya bakalan buat bosen

Apalagi kalo pemain dagelannya orangnya itu-itu juga



Coba sampeyan bayangkan kalo seharian nonton dagelan terus

Yang ditonton Srimulat dari pagi sampe sore

dan cuma si Gepeng bintang utamanya

Piye jal rasane? Pasti bikin kebelet pipis kalo kelamaan duduk



Eh.. udah muak dan bosen kok malah dilarang lihat dagelan lain.

Apalagi kalo itu produk dagelan impor macam standup comedy atau slapstick

Katanya dagelan impor itu banyak hoaks & penuh dusta.

Dagelan lokal lebih lucu dan apa adanya katanya.



Trus sampeyan pilih yang mana?

Kalo saya sih mending pilih gak nonton dagelan.

Kata ustadz, kebanyakan dagelan bakal mematikan hati.

Saya mending pilih banyak berdoa aja karena gak bakalan salah baca

Kalopun salah... kan ada Gepeng yang bakal revisi doanya

sambil nyengir bilang, “Untung ada saya....” J

Kamis, 31 Januari 2019

Gajimu dari mana?

Kalo ditanya gaji yang kita terima dari mana, ya jawab aja itu kita terima dari hasil kerja.
Gaji ya kita terima dari perusahaan dan harus diakui memang jalannya dari sana.
Gak perlu lah kita bilang gaji itu dari Allah. Kalo dari Allah itu mah rizqi, bukan gaji.. 😛
Karena kita pekerja, jadi santai aja menyikapi kenyataan ini
Tapi kok rasanya jadi mangkel ya kalo yang tanya itu Bos kita sendiri...
Sini ya Bos kita bilangin pelan-pelan karena sampeyan kan juga gajian.
Uang bulanan yang sampeyan terima kan sumbernya sama dari yang kita terima.
Iya bener sih gaji kita terima dari perusahaan, tapi kan itu dari hasil jualan kita bareng-bareng.
Jadi yang bayarin gaji kita itu pelanggan.

Lha emang kalo hasil jualan gak cukup buat bayar gaji, trus darimana uangnya?
Ya Bos pasti tahulah dari mana.... kan kemarin baru ambil hutang.
Makanya Bos cepet-cepet cari kaca biar tahu diri.
Kalo Bos mau tetep jadi Bos-nya kita, baik-baiklah ama anak buah.
Kalo kita pengen dapat Bos baru yang lebih baik, gak perlu lah nyindir-nyindir nanya gaji dari mana.

Ntar kalo Bos dah resign, emang yang bayar hutang siapa? Emang situ? Kan kita-kita juga yang bayar....

J
#yggajikamusiapa













Rabu, 23 Januari 2019

Jangan Bilang Kau Tak Pernah Keluar Uang Untuk Sekolahmu

Nak, kalau suatu saat nanti kau sudah jadi Sarjana....
Jangan pernah merasa hebat karena tak pernah keluar uang untuk sekolahmu
Jangan pula sebarkan ucap tak pernah sepeser pun uang keluar dari kantongmu
Meski itu benar adanya memang kau tak pernah keluar uang untuk sekolahmu

Tak keluarnya uangmu bukan karena kau pintar Nak....
Tak keluarnya uangmu bukan berarti sekolahmu gratis
Utuhnya uangmu tidak pula karena beasiswa yang kau dapat Nak...
Utuhnya uangmu tak berarti sekolah tak butuh uang

Kau benar tak pernah keluar uang, tapi yang keluarkan uang itu Bapak-Ibumu Nak
Uang Pendaftaran, Uang Gedung, Uang SPP sampai Uang Saku itu semua dari orang tuamu
Belum lagi Uang Buku, Uang Sepatu, Uang Seragam, sampai Uang Daftar Ulang....

Kalo untuk Uang Bangku... kau tak perlu tahu lah Nak...
Kau benar tak pernah keluar uang karena memang kau tak punya uang untuk sekolah Nak....


Kalo suatu hari kau lihat Bapak atau Ibumu ingin sekolah lagi, Jangan pernah kau bilang,

“Aku dulu waktu sekolah tak pernah keluar uang, tak bayar sepeserpun. Seharusnya sekolah ya seperti ini, mudah & murah seperti yang dulu aku lakukan!”
Kalau sampai kau tega hati keluar ucapan macam itu Nak.... mendekat sini biar kau telan sendal Bapakmu!!! J


Minggu, 13 Januari 2019

Saya Alumni UI, Saya Dukung Persija

"Saya Alumni UI, Saya Dukung Persija!"

Berasa aneh dan memaksakan diri rasanya kalau saya harus bilang begitu. Gak perlu teriak-teriak kasih tahu ke semua orang rasanya kalau saya memang alumni UI.
Tinggal lihat aja di lembar ijazah atau cek sendiri di daftar nama alumni di kampus UI sana.

Terus apa hubungannya ama Persija? Ya emang gak ada hubungannya. Kalau mau dukung mah ya dukung aja. Persija juga gak butuh saya alumni UI atau bukan. Persija mah butuh saya datang ke stadion kasih dukungan.
Alumni UI kan gak semuanya dukung Persija. Ada yg dukung klub besar macam Persib, PSIS, Persebaya, PSM, Persipura. Ada juga yg dukung klub kecil macam Persikabo atau Persipasi.

Lha emang gak boleh alumni UI dukung Persija? Ya boleh aja, tapi kok seakan-akan menafikkan alumni UI yang lain ya? Emangnya saya siapa waktu di UI dulu?

Tapi kan saya alumni UI yang mewakili diri sendiri untuk dukung Persija? Ya kalo mewakili diri sendiri, kenapa saya gak bangga dengan bilang:
"SAYA BAPAKNYA ALE, SAYA DUKUNG PERSIJA!!"
berasa lebih militan kan?

#maaf Persebaya, but deep inside my heart, you're still the one & only#

Selasa, 08 Januari 2019

Benci dosanya, Cintai Amalan Surganya

Pernah dengar kisah pembunuh 100 jiwa yg dijamin masuk surga?
Pernah juga baca kisah pelacur yg mendapatkan surga?

Jangan salah dipahami, bukan karena lelaki itu membunuh atau perempuan itu melacur yang membuatnya masuk surga. Tapi tekad kuat untuk taubat dan satu langkah menuju kebaikan yang membuatnya menuju surga.

Langkah kaki yang lebih dekat ke taubat yang membuatnya selangkah menjauhi tempat berbuat dosa lah yang membuat para malaikat akhirnya bersepakat mengganjarnya dengan surga.
Pengorbanan di akhir hidup dengan seteguk air yang diberikan ke seekor anjing lah yang menariknya ke surga.

Tapi bila dimungkinkan hidup bisa diulangi atau sedikit diperpanjang, lelaki dan perempuan itu sungguh tak mau lakukan dosa membunuh atau melacur. Mereka akan sangat benci dosanya, dan bersegera lakukan taubat untuk perbanyak amal kebaikan.

Bila langkah kecil menuju baik dan secuil pengorbanan diganjar surga, apa mungkin mereka lakukan dosa lagi bila diberi waktu hidup lebih lama?
Bila tahu mereka akan diganjar surga dan diberi kesempatan mengulangi hidup, apa iya mereka lakukan kembali dosa sepanjang hidup dan baru bertaubat menjelang kematian?

Bila pendosa saja benci dengan dosanya, tak mungkin kita malah membiarkan dosa itu tetap ada.
Bila pendosa saja menyesali dosanya, tak perlulah kita hujat dan kutuk pelakunya.
Tak perlu pula menggunjingnya yang malah akan membuat pelakunya bangga dengan dosa dan terlambat bertaubat.
Benci saja dosanya, tapi bukan pelakunya.
Benci saja dosanya, dan tanamkan benci itu pada diri agar kita tak lakukan dosa yang sama.

Bagi yang lama tenggelam dalam dosa, berhijrahlah segera untuk menjadi baik. Karena jatah umur tak menunggu taubatmu.
Bila yang sudah berhijrah, tetaplah istiqamah-lah dalam kebaikan. Sungguh telah banyak yang tak sanggup bersabar dengan ke-istiqamahannya. Bencilah dengan kemungkaran bukan pelaku kemungkarannya.

Bila melihat suatu kemungkaran, ada tiga pilihan yang bisa dilakukan. Beranguslah dengan tindakan, nasehatilah dengan lisan, atau bencilah dengan hati. Dan pilihan terakhir itulah selemah-lemah iman.

Tegakkan hukum atas dosa, agar orang lain tak berbuat dosa yang sama. Nasehati pelakunya dengan santun dan baik. Sebaik-baik pemberian nasehat adalah saat tak ada orang lain yang tahu selain pemberi nasehat dan pelakunya. Do'akan berubah jadi baik dan bencilah dosanya agar diri kita terjaga dari dosa yang sama.

Ini perkara menegakkan kebenaran dan menolak kemungkaran, bukan perkara apakah kita telah lebih baik dari pelaku dosa itu. Jaminan surga itu hak Allah sepenuhnya, tugas kita hanyalah penyampai kebaikan.

Sesungguhnya yang membawa kita ke surga adalah tekad untuk taubat, berhijrah untuk lebih baik, dan masih adanya waktu di sisa umur untuk berbuat baik.

-Tetaplah saling menasehati dalam kebaikan-

 Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain (Al-Hujurat : 12)

Dan  orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (At-Taubah : 71)